Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Bersatu di Bawah Pancasila

27 September 2018   07:07 Diperbarui: 27 September 2018   07:22 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sejarah Indonesia (dan belum terhapus) pada tanggal 30 September 1965 terjadi insiden berdarah yang dinamakan Gerakan 30 September. Sampai saat ini insiden berdarah itu masih menjadi kontroversi dan perdebatan yang panjang karena kisahnya diinisiasi oleh pemimpin Indonesia yang menjadi presiden selama 32 tahun dan bersifat represif.

Tapi berbagai kalangan seperti otoritas keamanan dan alim ulama menegaskan waktu itu bahwa insiden itu adalah salah satu upaya Partai Komunis Indonesia (PKI)  yang ingin mengubah dasar negara kita Pancasila. Saat itu kata mereka, ideologi kita akan diubah menjad ideologi komunis.

Dikisahkan bahwa pada tanggal 30 September, enam Jenderal angkatan Darat dan satu kapten serta beberapa oran lainnya dibunuh karena dikabarkan sedang mengupayakan kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Cerita itu sampai sekarang masih sering diperdebatkan terutama untuk masalah upaya kudeta dan penyiksaan yang dialami oleh para jenderal. Terlepas dari kebenaran soal penyiksaan jenderal tetapi kita harus mengakui bahwa Pancasila memang dasar negara yang kokoh kuat dan tak tergantikan dengan apapun.

Ideologi Pancasila menjadi pelindung dan filosofi yang mendasari banyak kejadian yang terjadi pada perjalanan bangsa Indonesia. Perjalanan sebaai bangsa kita tahu tak selalu mulus.

Kita tahu setelah tahun 1965 ada beberapa kejadian menjadi batu ujian bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 1998 dan 1999 ketika gelombang reformasi menjadi tuntutan mayoritas masyarakat, Indonesia tetap kukuh sebagai bangsa. Saat itu ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR MPR untuk menuntut Soeharto yang sudah menjadi presiden selama 32 tahun untuk mundur

Setelah Soeharto mundur, demokrasi negara kita diuji lagi dengan hasil pemungutan suara yang memenangkan PDIP. Masalah terjadi karena ternyata DPR/MPR lebih memilih Gus Dur dibanding Megawati sebagai presiden. Padahal Megawati adalah sebagai ketua PDIP.

Di beberapa daerah seperti Bali, hal ini menimbulkan ketidakpuasan rakyat. Mereka membakar gedung gedung pemerintah, menebang pohon yang ditaruh ditengah jalan sehingga lalu lintas antar kabupaten di Bali menjadi lumpuh. Tetapi dengan kuatnya dasar negara, keutuhan sebagai bangsa tetap terjaga.

Hal yang kini penting adalah beragamnya ideology yang masuk ke Indonesia dan mempengaruhi bangsa kita. Ideologi seperti radikalisme , terorisme dan beberapa ancaman lainnya. Kita juga dihadapkan pada tantangan bentuk lainnya. Tantangan ekonomi dan tantangan lain yang merupakan hasil dari demokrasi itu sendiri.

Tapi dengan selalu mengingat dan berpedoman pada landasan Pancasila maka ancaman itu akan hilang dengan sendirinya. Insyallah Indonesia tetap bersatu di bawah naungan Pancasila.

Selamat menyongsong hari kesaktian Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun