[caption id="attachment_333867" align="aligncenter" width="200" caption="Win-HT /Okezone"][/caption]
Akhir minggu lalu, ada pernyataan yang sedikit berbeda dari Jeffrie Geovanie, Board of Advisors CSIS. Dia menyatakan bahwa pada beberapa simulasi survey, selain Jokowidan Prabowo, masuk juga nama duet WIN – HT (Wiranto-Hary Tanoe). Malahan menurutnya, duet itu selalu masuk di tiga besar .
Hanura yang mengusung duet WIN –HT memang hanya menempati peringkat 10 dalam perolehan suara di Pemilu Legislatif. Masih ada harapankah duet ini ?
Jawab Jeffrie; Ada.
Peluang itu menurutnya, ada jika pasangan lintas generasi ini mampu menggalang dukungan dari partai-partai lain. Image mereka sebagai pasangan sudah kuat. Sehingga memang, terpulang kembali pada tekad mereka berdua dalam mengarahkan potensi lobby Hanura kepada sesama partai menengah. Jika mereka yakin dan bersungguh-sungguh mewujudkannya, maka peta kandidat bisa berubah.
Jika terwujud maka yang akan adalah Jokowi dan pasangannya, Prabowo dan pasangannya serta Win-HT. Bisa jadi Golkar gagal menemukan koalisi mengingat partai ini keukeh membawa Aburizal Bakrie sebagai calon presiden.
Beberapa pengamat juga mengemukakan bahwa duet Win-HT masih berpeluang besar membangun kekuatan sehingga bisa maju dalam kontestasi Pilpres 2014.
Apalagi, koalisi dari poros tiga partai besar, yaitu PDI Perjuangan, Golkar, dan Gerindra, juga belum terbentuk secara pasti dan jelas. Ketidakpastian terbentuknya gugus-gugus koalisi yang berporos pada ketiga partai ini, akibat proses negosiasi tentang pasangan capres dan cawapres mereka juga masih alot.
Menurut catatan, baru Poros PDI Perjuangan yang sudah resmi berkoalisi dengan Nasdem. Mereka mengusung Gubernur DKI Jakarta Jokowi sebagai Capres, namun Cawapres belum jelas. Nasdem memang pernah menawarkan Jusuf Kalla, namun belakangan beredar kabar jika Megawati menolaknya.
Sementara, nasib Ical masih terkatung-katung. Elektabilitasnya jeblok. Bahkan, beberapa survei mengatakan, elektabilitas Ketua Umum Golkar ini malah masih kalah jika dibandingkan duet Win – HT.
Di internal partai, ada beberapa suara yang menginginkan pencapresan Ical dievaluasi. Dalih mereka Ical tidak bisa mendongkrak perolehan suara Golkar. Bahkan, Mahfud MD, kandidat capres dari PKB pun menggelengkan kepala ketika ditawari menjadi wakilnya . Mantan ketua MK ini tanpa sungkan menyiratkan lebih suka merapat ke PDIP dibanding ke Golkar.
Partai lain juga akan berfikir ulang jika bermitra dengan Golkar, karena dalam sejarah pasca reformasi meski Golkar adalah partai penentu, namun senantiasa gagal dalam mengusung
Melihat segala kemungkinan itu, boleh jadi peluang pasangan Win – HT malah akan seperti kuda hitam; penentu. Terutama mengingat kian mengetatnya pertarungan kubu politik Jokowi dan Prabowo.
Mungkinkan, poros baru bentukan Win – HT terbentuk ? Kita tentu ingat pada Pemilu 2004 Partai Demokrat memperoleh suara kecil, namun SBY bisa menang setelah melakukan koalisi.
Dalam politik, segalanya mungkin !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H