Alkisah, ada sebuah biara yang dijaga oleh seorang pria yang sangat baik hati. Tidak ada pengemis yang pernah ditolaknya dan dia selalu memberi sebanyak yang dia bisa kepada kaum miskin. Anehnya semakin banyak yang dia berikan, biara itu malah semakin kaya. Karena kepala biara tadi telah tua dan sakit-sakitan, akhirnya dia meninggal dunia. Kemudian biara pun memilih penggantinya. Tapi sayangnya, ternyata penggantinya adalah seorang yang memiliki sifat yang sangat bertentangan dari kepala biara sebelumnya. Penggantinya sangat kikir! Pada suatu hari datanglah seseorang yang berusia lanjut ke biara itu. Orang tua itu pun masuk kedalam, bertemu dengan kepala biara tadi dan berkata bahwa bertahun-tahun yang lalu dia pernah tinggal disitu, dan kini dia kembali untuk mencari tempat perlindungan. Tapi kepala biara yang baru ini menolak permintaan sang tamu. Kepala biara : “Biara yang sekarang tidak lagi sanggup untuk menawarkan suatu kemurahan hati seperti dulu ketika kami masih kaya. Nampaknya tidak ada lagi yang menawarkan pemberian bagi pekerjaan kami yang sekarang ini”. Sang tamu : “Saya rasa itu karena Anda telah mengusr dua orang bersaudara dari hadapan Anda”. Kepala biara binggung. Kepala biara : “Setahu saya, kami tidak pernah mengusir seorang pun”. Sang tamu : “Oh ya??! Mereka adalah saudara kembar, yang satu bernama ‘memberi’ dan yang satu lagi bernama ‘diberi’. Anda telah mengusir ‘memberi’, jadi saudaranya ‘diberi’ lalu memutuskan untuk ikut pergi juga”. Siapa yang memberi akan diberi pula, ini adalah prisip yang diakui oleh semua ajaran agama di dunia ini. Siapa menabur dia akan menuai, karena orang yang memberi pasti diberi. Hari ini belajarlah untuk menjadi berkat bagi sesama, bukan hanya karena kita ingin menerima balasan dari Tuhan atau manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H