Mohon tunggu...
Videlya Esmerella
Videlya Esmerella Mohon Tunggu... Lainnya - https://redrebellion1917.blogspot.com/

Always unique. Never boring. A Feminist www.twitter.com/videlyae www.instagram.com/videlyae

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Other

11 September 2012   13:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang laki-laki bertemu dengan teman lamanya yang entah bagaimana selalu gagal dalam hidupnya. “Aku harus memberinya uang”, pikir orang itu. Tetapi kemudian ia mengetahui teman lamanya itu telah menjadi orang kaya raya dan ternyata justru mencari dirinya untuk membayar utang. Mereka pergi ke bar yang dulu acap kali mereka datangi dan si teman mentraktir minuman bagi semua orang di sana. Ketika orang-orang itu bertanya bagaimana caranya si teman menjadi begitu sukses, ia menjawab bahwa hingga beberapa hari yang lalu, ia hidup sebagai ‘Yang Lain’.

“Apa maksudmu dengan Yang Lain?” seseorang bertanya.

“Yang Lain adalah orang yang mengatakan siapa aku seharusnya, tetapi bukan aku sesungguhnya. Yang Lain percaya kita harus menghabiskan seluruh hidup kita memikirkan bagaimana memperoleh sebanyak mungkin uang supaya tidak mati kelaparan ketika tua nanti. Karenanya kita hanya memikirkan uang dan bagaimana mendapatkannya. Dan merasa hidup justru ketika hari-hari kita di muka Bumi ini dapat dikatakan telah usai. Dan sebagalanya sudah terlambat.”

“Dan kamu? Siapakah kamu?”

“Aku sama seperti orang-orang yang mendengarkan hati mereka, orang yang terpikat oleh misteri kehidupan. Orang yang membuka hatinya terhadap mujizat, yang merasakan kebahagian dan antusiasme dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Hanya saja, karena takut kecewa dan dikecewakan, Yang Lain tidak membiarkan aku mengambil tindakan.”

“Akan tetapi ada perderitaan dalam hidup”, salah seorang pendengar berkata.

“Dan ada kekalahan. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Tapi lebih baik kalah dalam beberapa pertarungan demi impian-impianmu, dari pada kalah tanpa mengetahui apa yang kau perjuangkan.”

“Hanya itu?” pendengar lainnya berkata dengan nada penuh keraguan.

“Ya, hanya itu. Setelah memahaminya aku memutuskan untuk menjadi orang yang selama ini aku inginkan. Yang Lain berdiri di sudut kamar, mengawasiku, tapi aku tak akan membiarkan Yang Lain menguasaiku, meskipun ia mencoba menakut-nakutiku , mengingatkan bahwa tdak memikirkan masa depan adalah sebuah kesalahan. Sejak aku mengusir Yang Lain dari hidupku, mujizat menjadi nyata dalam tindakan kesederhanaan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun