Oleh : Viddy Ad Daery *) Budayawan,penyair,novelis, Direktur Visi Amansentosa Dahsyat
Berita dikembalikannya Tongkat Pangeran Diponegoro dari keluarga bangsawan Belanda yang pernah menjadi Gubernur Jendral di Hindia-Belanda dan mendapatkannya sebagai hadiah di zaman penjajahan , disusul dengan berita-berita semacam itu, yaitu “terlantarnya” Prasasti Sangguran ( berasal dari Malang di zaman Mataram kuno ) di halaman rumah keluarga Lord Minto di Skotlandia, Inggris.
Setelah itu menyusul berita pernyataan DR.Titi Surti Nastiti dari Pusat Arkeologi Nasional, bahwa ada prasasti “terlantar” lain, yaitu Prasasti Pucangan dari Gunung Penanggungan, yang “terlantar” di kota Calcutta, India.
PUCANGAN DI KUDU ATAU KUDADU
Sebelum saya beropini mengenai hal “terlantar” , pertama-tama saya ingin membetulkan dulu informasi mengenai Prasasti Pucangan yang disebut-sebut berasal dari Gunung Penanggungan, Jawa Timur.
Sejarah Indonesia memang sebuah keajaiban, karena banyak hal yang salah data, yang terjadi sejak zaman Belanda, dan ajaibnya tidak ada upaya merevisi meski Indonesia sudah puluhan tahun merdeka.
Misalnya soal Gajah Mada yang dianggap masih gelap data kelahirannya, padahal terang jelas ada datanya, dan banyak sejarah lain yang dianggap gelap, padahal tidak gelap sebenarnya.
Nah soal Prasasti Pucangan yang dianggap berasal dari Gunung Penanggungan ini juga salah, karena asalnya ialah dari Gunung Pucangan, utara desa Kudu ( dulu Kudadu ), lha wong namanya saja Prasasti Pucangan kok.
Apakah perlu bukti ? Silahkan berkunjung ke desa Kudu, dan desa-desa sekitarnya misalnya Pathakan, Mada / Modo, Gondang Sugiyo, Geraman, dan sekitarnya, anda akan mendapati puluhan prasasti terlantar beneran, baik terlantar di tengah hutan, di tengah sawah, di atas gunung, maupun kini sudah dikepung perumahan penduduk. Dari prasasti-prasasti terlantar itu, ada yang masih bisa dibaca dan mengisahkan sejarah Airlangga juga, sebagian kecil lagi mengisahkan zaman Raden Wijaya sampai Hayam Wuruk. Prasasti-prasasti itu sebagian besar sudah dibahas oleh DR.Ninie Susanti dari UI, dan dimuat dalam bukunya “Airlangga, Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI” ( Depok : Kobam, 2010 ).
Dari situ, akan lebih masuk akal kalau Prasasti Pucangan itu dianggap berasal dari Gunung Pucangan, bukan Gunung Penanggungan, meski Gunung Penanggungan identik dengan Airlangga juga, karena ada Candi Belahan yang dianggap memperingati pembelahan Kerajaan Airlangga, namun hal itu belum ada buktinya.
Gunung Penanggungan lebih masuk akal jika dianggap sebagai Kompleks Besar Tempat Ibadah, mulai agama Hindu-Budha, hingga agama Nusantara-asli alias Nusantara Purba. Yang agama Nusantara Purba ini candi-candinya berada di puncak-puncak Penanggungan dan jumlahnya ratusan.