Langit Solo pagi itu cerah, memberikan semangat baru bagi Viddde, seorang mahasiswa D3 Perpustakaan di Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret. Hari itu adalah hari pertamanya di semester dua, sebuah babak baru dalam perjalanan akademiknya. Viddde pada awalnya tidak ada bayangan bahwa dirinya akan mendalami ilmu perpustakaan. Awalnya, ia hanya memilih jurusan ini karena minatnya yang besar terhadap buku. Namun, semakin dalam ia menyelami dunia perpustakaan, semakin ia menyadari betapa pentingnya peran seorang pustakawan dalam menciptakan akses pengetahuan bagi masyarakat.
Di semester pertama, Viddde sudah belajar banyak hal. Dari pengenalan dasar tentang pengelolaan perpustakaan hingga teknik klasifikasi dan katalogisasi buku. Ia bahkan sudah beberapa kali praktik langsung di perpustakaan kampus, merasakan pengalaman nyata sebagai pustakawan.Â
Viddde bukan satu-satunya yang merasakan transformasi ini. Ia berteman baik dengan tiga mahasiswa lainnya: Liepyh, Raden, dan Luffy. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun dipersatukan oleh minat yang sama dalam dunia perpustakaan.
Raden adalah sahabat viddde yang sangat terorganisir dan teliti, sifat yang sangat dibutuhkan dalam profesi pustakawan. Liepyh, di sisi lain, lebih suka teknologi dan tertarik pada sistem informasi perpustakaan. Luffy adalah seorang yang kreatif dan senang mengadakan kegiatan literasi untuk anak-anak. Bersama-sama, mereka membentuk tim yang solid.Â
Di semester kedua, mereka diberikan tugas besar: merancang dan mengimplementasikan sebuah program literasi di salah satu sekolah dasar di Solo. Tugas ini menantang karena tidak hanya membutuhkan pengetahuan teknis tentang pengelolaan perpustakaan, tetapi juga keterampilan komunikasi dan manajemen proyek. Tim Viddde memilih SD Negeri 01 Surakarta sebagai lokasi proyek mereka. Setelah beberapa kali pertemuan dengan kepala sekolah dan guru-guru, mereka merancang program yang dinamakan "Literasi Ceria". Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak dengan berbagai kegiatan menarik seperti mendongeng, lomba membaca, dan workshop pembuatan buku mini.
Hari yang dinanti-nanti tiba. Pagi itu, tim Viddde datang lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatu. Anak-anak terlihat antusias, wajah-wajah ceria mereka menghilangkan rasa gugup yang sempat melanda tim. Acara dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah, dilanjutkan dengan sesi mendongeng oleh Lina. Anak-anak mendengarkan dengan penuh perhatian, tertawa dan bertepuk tangan di setiap akhir cerita. Setelah itu, Raden memimpin lomba membaca, sementara Liepyh dan Luffy mengawasi jalannya workshop pembuatan buku mini. Kegiatan ini tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi anak-anak, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri bagi Viddde dan teman-temannya. Melihat antusiasme dan kegembiraan anak-anak membuat mereka merasa semua usaha dan kerja keras terbayar.Â
Setelah program selesai, Viddde dan timnya duduk bersama untuk merefleksikan apa yang telah mereka capai. Mereka menyadari bahwa menjadi pustakawan bukan hanya tentang mengelola buku, tetapi juga tentang menginspirasi dan membimbing orang lain untuk mencintai pengetahuan. Viddde merasa semakin yakin dengan pilihannya. Ia tidak hanya menemukan passion-nya, tetapi juga menemukan tujuan hidupnya: membawa manfaat bagi orang lain melalui dunia literasi. Dengan semangat baru, ia siap melanjutkan perjalanannya di dunia perpustakaan dan menghadapi tantangan-tantangan baru di semester-semester berikutnya.
Di akhir hari, Viddde menatap langit Solo yang mulai memerah di ufuk barat, merasa bangga dengan dirinya sendiri dan teman-temannya. Di kampus vokasi Universitas Sebelas Maret, ia tidak hanya mendapatkan pendidikan, tetapi juga pengalaman hidup yang berharga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI