Mohon tunggu...
vidaria
vidaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut agama Islam Nahdlatul ulama tuban

Hobi saya menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asa Di Balik Kehidupan Susah

22 Desember 2024   09:10 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:07 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

memang penuh dengan takdir yang tidak selalu bisa dipahami. Begitulah yang dirasakan oleh firman ,seorang anak yatim piatu yang baru berusia sembilan tahun. Orang tua Firman,  Bapak  dan ibunya, meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis saat ia masih sangat kecil. Sejak saat itu, Firman hanya tinggal bersama d kakeknya , Pak Darto, yang menjadi satu-satunya keluarga yang masih ada.
Pak Darto adalah seorang lelaki tua yang tinggal sendirian di sebuah rumah kecil yang dikelilingi pohon-pohon besar dan rumahnya pun hanya terbuat dari anyaman bambu . Meskipun sudah lanjut usia, Pak Darto bekerja sebagai petani di ladang kecil miliknya, dengan penghasilan yang sangat  pas-pasan. Meskipun hidup serba terbatas, kakek ini selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk firman,semua kebutuhan firman insyaallah di  cukupi oleh kakeknya .
Firman  selalu teringat saat-saat pertama kali ia datang ke rumah kakek setelah kehilangan kedua orang tuanya. Mata kakeknya yang penuh kasih sayang, meskipun tampak lelah, selalu memberikan rasa aman dan nyaman. Kakeknya tak pernah mengeluh tentang kesulitan hidup, dan selalu mengajarkan Firman untuk berusaha dan bersyukur, apapun kondisinya.
"Meskipun kita hidup dalam keterbatasan, Nak, jangan pernah berhenti  berusaha ,berdo'a dan bermimpi," kata Pak Darto dengan suara lembut, namun penuh keyakinan. "Kerja keras dan ketekunan akan membawa kita hidup  yang lebih baik."
Firman  menatap kakeknya dengan penuh harap. Firman tahu, meskipun hidup mereka sederhana, kakeknya selalu mengajarkan beberapa  nilai-nilai penting seperti kejujuran, keberanian,  ketekunan dan kerja keras.
Sejak kecil, Firman sangat tertarik dengan dunia pendidikan. Ia selalu bersemangat setiap kali kakeknya membacakan buku-buku cerita atau mengajaknya belajar menulis dan membaca. Namun, meskipun semangat belajarnya tinggi, Firman harus menghadapi kenyataan bahwa ia tak memiliki banyak fasilitas untuk menunjang pendidikannya. Buku sekolahnya seringkali usang, dan bahkan terkadang ia hanya bisa belajar dengan alat tulis seadanya,sering kali Firman meminta bantuan teman-temannya untuk menjelaskan materi atau beberapa soal yang belum ia pahami, dari situ firman semangat nya semakin bertambah tak pernah pudar.
Pak Darto selalu mengingatkan firman untuk terus belajar. "Mungkin kita tidak punya banyak harta nak , tapi pengetahuan itu adalah kekayaan yang tidak bisa diambil orang lain," kata kakeknya setiap kali melihat Firman  membaca buku.
Saat beranjak remaja, Firman semakin memantapkan cita-citanya untuk menjadi seorang insinyur. Firman ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, dan mewujudkan impian orang tuanya yang dulu selalu mengajarkan betapa pentingnya pendidikan. Meskipun seringkali dirundung rasa sedih karena kehilangan ke dua orang tuanya,Firman  tidak ingin menyerah, ia masih punya kakek untuk penyemangat dalam mewujudkan  semua mimpi  yang ia punya.
Firman mengikuti ujian nasional dengan tekun, meskipun ia tahu bahwa sekolahnya tidak sebaik sekolah-sekolah lain yang lebih maju di kota. Kakek Darto selalu mendukungnya, meskipun tidak banyak yang bisa diberikan,intinya kakek Darto menjadi acuan semangat firman dalam belajarnya.
Akhirnya, berkat kerja keras dan doa yang tak pernah putus, Firman berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Ia diterima di universitas negeri untuk melanjutkan pendidikan di bidang teknik. Kakeknya yang sudah semakin tuan dan berjalan menggunakan tongkat itu  meneteskan air mata bahagia saat mendengar kabar itu. "Kakek bangga padamu, Nak," ucapnya dengan suara terbata dan serak.
Di universitas, Firman belajar dengan sungguh-sungguh. Ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko, membantu biaya kuliahnya. Meskipun sulit, firman terus berjuang, karena ia tahu kakeknya telah mengorbankan banyak hal untuk masa depannya. Setiap kali merasa lelah, ia teringat akan kata-kata kakeknya, "Kerja keras dan ketekunan akan membawa kita ke hidup yang lebih baik."
Setelah lulus dengan predikat cum laude, firman akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang besa di Jakarta Ia menjadi insinyur yang dihormati, membangun berbagai proyek yang bermanfaat bagi banyak orang. Keberhasilannya tak hanya membuatnya bangga, tetapi juga kakeknya, yang kini sudah menua dan sering duduk di kursi tuanya dengan senyum kebanggaan,dan firman tidak langsung meninggalkan tempat tinggal yang dulunya dari anyaman bambu tersebut,tetapi firman menjadikan tempat itu untuk ladang peternakan dan firman di bantu oleh pak suni dan pak harto   tetangganya  dalam proses ternak tersebut ,dan ladang kecil dulu yang kakek nya kerjakan kini menjadi luas karena firman membeli sebuah ladang samping nya lagi  dan itu pun ia bekerjasama dengan pak  Ali dan pak Mufid  ,jadi semua biaya ladang dan peternakan dari firman lalu mereka yang mengerjakan nya ,jadi di desa firman punya 4 orang untuk membantu pekerjaan nya.
Firman selalu ingat bahwa di balik kesuksesannya, ada seorang kakek yang tak pernah lelah  bekerja ,mengajarkan arti kehidupan dan perjuangan. Tanpa kakek yang penuh kasih sayang dan bekerja keras itu, ia mungkin tidak akan pernah mencapai impiannya. Kini, firman  bisa membanggakan kakeknya dengan meraih cita-cita yang selama ini ia perjuangkan. Semua jerih payah, kesulitan, dan pengorbanan mereka akhirnya terbayar dengan kebahagiaan yang tak ternilai.
"Terima kasih Kakek,ini semua berkat kakek dan kehendak Allah SWT," Ucap firman  sambil memeluk kakeknya, kakeknya pun tersenyum bangga.
Lalu saat firman ingin mengistirahatkan tubuh karena waktu sudah larut ,firman memandang foto kedua orangtuanya,lalu ia menitikkan air mata seraya berkata "aku berhasil Bapak ,ibu anakmu kini sudah tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh" ,lalu ia mengusap air matanya dan mengistirahatkan tubuh nya.
Pesan moral dari cerita tersebut adalah :
Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita yakin dan ingin mencoba ,jangan lupa juga ketekunan dan berdo'a adalah kunci dari itu semua ,dan Kesulitan adalah batu loncatan, bukan penghalang karena Kesuksesan bukan hanya tentang hasil, tetapi juga tentang proses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun