Mohon tunggu...
Victorina Augusklamasia
Victorina Augusklamasia Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi komunikasi pemasaran

Praktisi periklanan bagian media

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anies & Helikopter

24 April 2017   18:49 Diperbarui: 26 April 2017   08:00 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas alasan naik helikopter mengejar macet dan menghargai waktu masuk akal, tetapi bisa jadi tiap hari akan seperti ini mengingat Jakarta setiap hari bahkan hampir setiap jam penuh kemacetan.

Bayangkan kalau tiap hari  berapa anggaran transportasi seperti itu atau seberapa hutang budi kalau ternyata heli nya ternyata dipinjamkan oleh pengusaha.

Banyak obrolan di masyarakat dan socmed tidak simpati dengan gaya gubernur terpilih ini, walaupun kedengarannya masuk akal, tetapi sebagai pemimpin seharusnya memikirkan dampak yang lebih jauh, nanti semua disalahkan dan dijadikan alasan. Seharusnya kalau memang tahu macet, sederhana saja, bisa berangkat lebih pagi karena diliat dari jamnya itu jam yang normal untuk meeting, bisa berangkat dua jam sebelumnya atau lebih, bersama-sama dengan masyarakat yang setiap hari berjuang pagi-pagi sudah di jalan. 

Saya yakin pak Anies pasti bangunnya juga pagi. Artinya seharusnya bisa memberi contoh untuk rajin, disiplin, berjuang,kuat,  tidak manja dengan fasilitas ataupun membebankan alasan pada kondisi yang normal. Apalagi lagi semangat-semangatnya mendapat kemenangan, harusnya lebih semangat berjuang pagi itu. Perjuangan masih panjang perlu pemimpin yang kuat dan mampu berjuang.

Rakyat  bangsa ini terutama Jakarta perlu support dan contoh bagaimana pemimpin yang mampu mengoptimalkan fasilitas yang tidak mewah. Apa yang diperlihatkan pak Anies, mengindikasikan cenderung ke feodalisme dan arogansi, dimana harus ada pelayan-palayan yang siap melayani, berbeda dengan yang sedang diusahakan oleh pemimpin bangsa ini dan kebangkitan pemimpin-peminpin daerah yang semakin berlomba memberi contoh pemimpin yang semakin memasyarakat.

Kesantunan bukan hanya dinilai dari keahlian merangkai kosa kata, tetapi juga bagaimana menghargai  pemimpin, memberi contoh yang mengarah kepada pengembangan kepribadian yang santun, implementasi kesederhanaan sikap dan hati, bukan hanya kata-kata. 

Dari gaya di awal mendapat kepastian kekuasaan, sudah menunjukkan gaya kelas tinggi, lalu bagaimana bisa sungguh-sungguh merasakan dan tahu apa  yang dialami oleh rakyat.

by Vika17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun