Mendarat di bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai jam 10 WITA, bersama sang seniman Sita, langsung meluncur ke arah Gianyar, ke suatu tempat tersembunyi yang baru ditemukan di Bali.
Anugrah keindahan alam seperti tidak habis-habisnya buat pulau Dewata, selalu ada saja tempat-tempat baru yang bisa dinikmati keindahannya, Hidden Canyon salah satu tempat yang belum lama dibuka untuk umum, baru kurang lebih 14 bulan. Nampak dari luar tidak ada apa-apa, hanya desa biasa dengan perkebunan dan pohon-pohon kelapa.
Jelas terasa tempat ini masih jauh dari turis karena belum banyak yang berdagang di sana, apalagi jualan souvenir, masih sepi, hanya beberapa turis bule terlihat datang dan pergi baik sendiri maupun rombongan.
Wah saya dan teman termasuk si bule jadi ragu-ragu dan bertanya lebih detail lagi seberapa menakutkan..malah ditegasin si bli penjaga karcis harus siap basah dan harus berani, kalau ragu-ragu lebih baik mundur daripada sudah bayar menyesal dan rugi, juga kalau sudah maju ngga bisa mundur balik karena jalurnya satu arah memutar.
“Ok kalau begitu saya lihat-lihat dulu saja”, kata saya, ternyata tidak bisa, mau lihat apa katanya, "mau lihat air ? tujuan kesana mau lihat Canyon, ada Canyon 1, 2 dan 3."
Akhirnya kami menuju ke bawah, tangga ke bawah sudah dibuat dari semen dan rapih, yang tadinya hanya tanah biasa, sampai anak tangga terakhir langsung dihadang dengan bibir sungai atau disebut Tukad Dangin Dalem Guwang dengan arus deras berwarna coklat dan batu-batu besar di sepanjang kali..mau tidak mau harus disebrangi untuk menuju Hidden Canyon..lumayan ada sekitar 3-4 meter lebarnya.
Terpaksa sepatu harus dilepas dan telanjang kaki menyebrangi sungai, Wayan sang pemandu sudah siap dengan plastiknya untuk sepatu dan barang-barang kecil lainnya juga plastik handphone supaya tidak basah dan bisa berfoto-foto adventure Hidden Canyon.
Karena sudah kepalang terjebak mau tidak mau jalan terus, adventure dimulai dengan sebrangi arus sungai yang lumayan tidak tenang, hati-hati menjejakkan kaki karena batu-batu di dasar sungai yang tidak terlihat, menyusur tebing dan berpegangan di celah-celah batu, naik ke tebing berpegangan di akar-akar besar pohon dan tentunya tangan Wayan, turun lagi menyusur tebing-tebing di pinggiran sungai, loncat dari batu ke batu sangat menantang dan menyenangkan tetapi harus hati-hati karena salah pijak bisa jatuh ke arus deras dan tidak terlihat ada batu besar dan bahkan tajam di dalamnya.