Mohon tunggu...
Victorina Augusklamasia
Victorina Augusklamasia Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi komunikasi pemasaran

Praktisi periklanan bagian media

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Indonesia Tidak Cocok Menjadi Teroris

17 Januari 2016   07:50 Diperbarui: 17 Januari 2016   07:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Heboh Teror bom diawali hari itu saat seorang teman di kantor mengabarkan ada bom update melalui sosial medianya. Sekejap isunya berkembang berita bom ada di banyak tempat, foto-foto di sosmed cepat sekali bermunculan membuat semakin percaya bahwa bom di beberapa tempat. 

Hari itu dari pagi sudah siap-siap untuk event dengan klien, mau dibatalkan tetapi kok rasanya setengah hati karena perencanaannya sudah sejak setengah tahun yang lalu, wah kerja sekian waktu itu tiba-tiba di hari H harus batal. Akhirnya batal juga karena berita dan isue bom semakin serius dan himbauan pemerintah dan lembaga terkait juga sangat serius.

Hari itu buyar semuanya termasuk konsentrasi kerjaan, update berita bom menyita konsentrasi, hanya melihat dan dalam hati sekali-sekali merasa ada yang aneh dan bertanya melihat tayangan video di socmed.

Sehari setelah bom pagi-pagi berangkat kerja, kondisi normal di jalan seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa, harus meeting juga hari Jumat pagi, dan mulailah keanehan-keanehan dalam hati kemarin jadi lebih real. Teman-teman saat meeting mulai membahas masalah bom..kami tidak takut, dan bahasan jokes,meme,selfie,kelucuan orang Indonesia yang menonton peristiwa bomb, polisi ganteng dan fashionable dll.

Pro dan kontra bermunculan dilampiaskan sosmed terhadap respon masyarakat Jakarta yang seolah tidak paham atas apa yang sesungguhnya terjadi? mungkin karena skala terornya tidak terlalu besar? dan seolah-olah teroris bukan untuk masyarakat tetapi hanya untuk aparat.

Kesan serius sekejap ditwist menjadi guyonan, berita dari twitter dan fb di hari pertama sangat serius tiba-tiba di hari selanjutnya fb penuh dengan ledekan terhadap teror, granat yang salah ledak, teroris yang kepepet dan asal nembak, meme yang tadinya tidak menjadi perhatian saya, berita polisi ganteng dan fashionable yang agak aneh tetapi ternyata itulah realitanya akhirnya jadi ingin tahu juga, lihat meme akhirnya jadi tertawa juga.

Hebohnya serangan meme dan berita lucu di sosmed mengalihkan berita duka korban apalagi korban lebih banyak terorisnya, teroris yang sepertinya gagal serang, sikap presiden yang kalem, atraksi polisi dan masyarakat yang seperti ini mungkin membuat para teroris jadi bingung entahlah apa yang ada dalam pikiran mereka. Tetapi melihat kejadian di negara lain seharusnya kita tetap waspada dan semoga di balik ketenangan dan keentengan respon masyarakat, para aparat tetap awas, dan mungkin juga beginilah cara Tuhan melindungi bangsa ini.

Setidaknya dari kejadian kemarin saya melihatnya, ternyata ngga cocok orang Indonesia menjadi teroris dan juga terorisme ngga cocok di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun