Mohon tunggu...
Victoria Martha Laura
Victoria Martha Laura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Siapa bilang mahasiswa enggak bisa punya banyak passion? Aku Victoria Martha, salah satu buktinya! Selain sibuk kuliah, aku juga lagi asyik-asyiknya belajar jadi beauty enthusiast. Dari sekian banyak hobi, aku paling suka eksplorasi dunia makeup dan berbagi cerita tentang film favorit. Jadi, kalau kamu lagi nyari rekomendasi film seru atau tips makeup kece, jangan sungkan buat mampir ke akun aku ya!

Selanjutnya

Tutup

Film

Transformasi Hollywood: Tantangan dan Peluang di Era Streaming dan Keragaman

17 September 2024   07:00 Diperbarui: 17 September 2024   07:04 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Industri film Hollywood saat ini sedang mengalami perubahan besar, mungkin yang paling signifikan dalam sejarahnya. Selama lebih dari 100 tahun, Hollywood dikenal sebagai pusat produksi film dunia, dengan reputasi tinggi dalam hal kualitas, teknologi, dan bintang-bintang besar yang menarik penonton global. 

Namun, beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa Hollywood juga harus menghadapi perubahan besar yang datang dari luar, seperti kemajuan teknologi, pandemi global, dan perubahan selera penonton. Transformasi ini tidak hanya memengaruhi bagaimana film dibuat, tetapi juga bagaimana film-film didistribusikan dan dinikmati oleh penonton di seluruh dunia.

Salah satu perubahan terbesar adalah munculnya layanan streaming seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime Video. Platform-platform ini telah mengubah cara penonton menonton film dan mengubah peta industri film. Jika dulu bioskop menjadi satu-satunya tempat untuk menonton film besar, sekarang banyak studio memilih untuk merilis film mereka langsung di layanan streaming. 

Contohnya, film Roma (2018) karya Alfonso Cuarn, yang diproduksi Netflix, berhasil memenangkan Oscar, menandakan bahwa film streaming kini setara dengan film bioskop dalam hal kualitas. Disney juga mulai merilis film seperti Mulan (2020) dan Soul (2020) di Disney+ karena pandemi COVID-19 membuat bioskop di seluruh dunia tutup.

Pandemi COVID-19 membawa dampak besar pada industri film. Pada awal 2020, hampir semua bioskop tutup, dan produksi film besar dihentikan. Banyak film yang sangat dinantikan, seperti No Time to Die (2021) dan Black Widow (2021), harus ditunda. Salah satu contohnya adalah film Tenet (2020) karya Christopher Nolan yang dirilis di bioskop saat pandemi, namun pendapatannya jauh di bawah harapan, menunjukkan bahwa bioskop mungkin tidak akan segera kembali seperti dulu.

Perubahan juga terjadi dalam preferensi penonton yang menginginkan lebih banyak keragaman dan inklusivitas. Penonton sekarang tidak hanya mencari film dengan cerita yang menarik, tetapi juga yang mencerminkan berbagai budaya, latar belakang, dan identitas. Kesuksesan film Black Panther (2018), dengan superhero kulit hitam pertama dari Marvel, menunjukkan betapa pentingnya representasi. Demikian pula, film Crazy Rich Asians (2018) membuktikan bahwa film dengan pemeran utama Asia dapat sukses besar di box office.

Namun, Hollywood masih dikritik karena kurangnya keragaman di belakang layar. Meskipun ada lebih banyak cerita yang mewakili berbagai latar belakang, masih banyak film besar yang diproduksi oleh kelompok yang kurang beragam. Gerakan seperti #OscarsSoWhite dan #MeToo menunjukkan perlunya perubahan tidak hanya di depan kamera, tetapi juga dalam produksi film.

Meskipun begitu, Hollywood masih kuat dalam hal produksi skala besar. Film-film seperti Avengers: Endgame (2019) dan Fast & Furious 9 (2021) berhasil menarik jutaan penonton dan menghasilkan miliaran dolar. Avengers: Endgame bahkan menjadi film terlaris sepanjang masa dengan pendapatan lebih dari $2,7 miliar, menunjukkan kekuatan film blockbuster. Efek visual canggih, cerita yang berkesinambungan, dan bintang-bintang besar adalah kombinasi yang sulit ditandingi oleh industri film lain.

Namun, ada juga tantangan besar di balik kesuksesan blockbuster. Banyak kritik yang mengatakan bahwa Hollywood terlalu bergantung pada sekuel, reboot, dan franchise, yang dianggap mengurangi kreativitas dan orisinalitas. Misalnya, The Lion King (2019), remake dari film animasi tahun 1994, sukses secara finansial tetapi dikritik karena hanya mengandalkan nostalgia tanpa menawarkan sesuatu yang baru.

Kesimpulannya, Hollywood sedang berada di titik perubahan besar. Tantangan dari platform streaming, pandemi, dan tuntutan keragaman membuat industri ini harus terus beradaptasi. Namun, dengan sejarah inovasi, kreativitas, dan produksi berkualitas tinggi, Hollywood memiliki semua kemampuan untuk bertahan dan terus menjadi pusat industri film dunia di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun