Mohon tunggu...
Victor Hasiholan
Victor Hasiholan Mohon Tunggu... lainnya -

Introvert. Detil. Kadang dianggap perfeksionis. Suka mengamati orang, tapi gak suka dekat sama orang. Sering menganggap dirinya sebagai duta merek McDonald's. Ya, gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ide untuk Reformasi Polri

22 November 2010   08:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12904132522096338657

[caption id="attachment_76293" align="alignnone" width="398" caption="German Shepherd"][/caption] Hari Minggu kemarin, saya diundang oleh Jenderal Beni Handoyo, mantan Kepala Keamanan dan Pertahanan Republik Endonesa (Kakapre), dalam acara serah terima jabatan Kakapre dengan Komandan Jenderal Barata Yudha (Komjen, setara dengan Komisaris Jenderal). Begitu saya masuk ruangan, seseorang langsung menyapa saya dan mempersilahkan saya duduk di baris kursi kedua. Baris nomor satu ditempati para petinggi Kapre. "Selamat datang di Endonesa. Saya Inspektur Senior Aji Supriyanto (Irsen, setara dengan Inspektur Dua), ajudan Jenderal Benhan (panggilan akrab Jenderal Beni Handoyo)." Saya lalu menjabat tangannya dan kami duduk bersebelahan. Di depan saya duduk Sekretaris Jenderal Bobby Immanuel (Sekjen, setara dengan Brigadir Jenderal), yang belakangan saya ketahui sebagai calon Kakapre. Pak Boim, begitu panggilan akrabnya, adalah salah seorang bintara yang terpilih dari Asosiasi Bintara Kapre, untuk menjadi salah satu kandidat Kakapre selanjutnya. Pak Boim sebelumnya berpangkat Sersan Senior (setara Sersan Mayor). Di Republik Endonesa, seorang Kakapre tidak dipilih oleh presiden. Sejak pak Geje berkuasa, beliau membentuk empat (4) asosiasi di tubuh Kapre; yakni asosiasi Bintara, asosiasi Perwira Pertama, asosiasi Perwira Menengah, dan asosiasi Perwira Tinggi. Dari masing-masing asosiasi inilah dipilih empat (4) perwakilan di Sekretariat Jenderal Kapre, yang nantinya akan dipilih oleh rakyat menjadi Kakapre. Dengan pemilihan Kakapre oleh rakyat Republik Endonesa, diharapkan tidak ada lagi kemungkinan terjadinya "balas jasa" dalam pemilihan Kakapre, yang bisa menyebabkan intervensi politik di tubuh Kapre oleh para politisi, maupun oleh presiden sendiri. "Karena logisnya, seorang yang dinaikkan pangkatnya akan berhutang budi pada mereka yang mengangkatnya. Gitu alasan pak Geje." Terang Sekjen Boim. Ide yang menarik untuk reformasi POLRI, pikir saya kemudian. Setelah Sekjen Boim menjelaskan perbedaan sistem pemilihan KAKAPRE dan KAPOLRI, yang masih saya coba untuk mengerti, Irsen Aji berkata sambil berbisik, "tapi kelemahannya sistem baru ini, pimpinan yang tidak berpengalaman bisa masuk nominasi." Saya memandangnya sejenak. "Kok bisa?" "Kan cuma anjing yang bisa mengenali perilaku anjing." Kata Irsen Aji datar. Lalu dia menjelaskan kelemahan sistem baru ini. Dulu ketika sistem kepangkatan masih ditentukan oleh perwira tinggi, kenaikan pangkat seorang anggota Kapre adalah wewenang Dewan Jabatan dan Kepangkatan Kapre, yang pimpinannya adalah seorang Direktur Jenderal (setara Inspektur Jenderal). "Kalau tidak mau main mata dan tidak dikenal atasan, promosi anggota Kapre bisa memakan waktu lama. Jadi anggota Kapre yang polos dan tidak mau jilat sana sini, walaupun kinerjanya bagus, bakal lama naik pangkatnya." Saya mengangguk. "Padahal kan kita bekerjasama dengan penjahat. Kalau kita terlalu bersih, kita kan jadi tidak paham modus operandi mereka. Kalau terlalu jujur, tidak mau ikut-ikut bisnis gelap pimpinan, ya selamanya gak bakal dipromosikan. Iya to?" Logis juga, pikir saya. "Lalu hubungannya dengan anjing tadi?" "Kalau itu saya bisa contohkan kasus yang dialami perwira tinggi Polri di negeri Anda, Republik Indonesia. Itu sebuah bukti nyata. Tidak ada Jenderal yang bersih selama perjalanan karirnya. Kalau bersih-bersih saja, saya berani taruhan nyawa, sampai purnawirawan anggota Polri tetap akan menjadi bintara." Kemudian Jenderal Benhan datang menyalami saya. Setelah ngobrol sebentar dengan ajudannya, dia berjalan menuju kursi di sebelah Komjen Barata. "Pak Benhan yang cerita ini sama saya. Sebelum jadi Sekjen, beliau sudah pernah beberapa kali melakukan pekerjaan kotor atasannya. Gak perlu lah saya sebut apa saja. Tetapi kalau tidak melakukannya, beliau tidak akan mendapat stempel 'berpengalaman' oleh atasannya. Lagipula kalau terlalu berintegritas, jadi punya banyak musuh dalam selimut." "Saya masih tidak mengerti hubungannya dengan istilah 'anjing mengenali perilaku anjing lainnya' tadi." "Begini. Kalau seumur hidup Anda berperilaku lurus-lurus saja; tidak pernah korupsi, tidak pernah disuap, tidak pernah menipu, tidak pernah melanggar sesuatu. Apakah bisa mengenali pelaku korupsi, penipu, dan mafia pelaku penyuapan? Sederhananya saja, kalau seorang guru waktu sekolah tidak pernah nyontek, apa bisa tahu cara murid-muridnya nyontek waktu ujian? Enggak kan? Tapi disinilah kelemahan sistem lama. Kalau sudah jadi perwira tinggi, lalu coba-coba bermain api dengan melawan atasan atas dasar kebaikan atau membuka aib institusi, akibatnya dosa lama yang dulu pernah dilakukan menjadi diungkit kembali." Saya jadi teringat Komjen Susno Duaji. Tapi ada pencerahan disini. "Tulisan Anda tentang integritas waktu itu, membuat pak Geje memanggil pak Benhan tempo hari." "Tulisan saya dibaca pak Geje?" "Lho iya. Sejak Anda menulis isi wawancara dengan pak Geje, intelejen kami diberi tugas mengamati tulisan-tulisan Anda. Pak Geje yang nyuruh. Nah waktu kemarin beliau membaca tulisan Anda itu, beliau berdiskusi dengan para petinggi Kakapre, dan berencana membuat suatu mekanisme untuk menyaring orang-orang yang punya integritas untuk menjadi pimpinan lembaga-lembaga negara yang rawan praktek suap dan KKN. Berbagai macam asosiasi di tubuh Kapre adalah salah satunya." "Tapi kelemahannya tadi, pimpinan Kapre bisa saja minim pengalaman atau tidak bisa tegas karena memiliki dosa masa lalu." "Betul. Pak Geje juga melihat apa yang dilakukan pemerintah negara Meksiko saat mengangkat seorang sipil menjadi kepala polisi, sebagai langkah yang baik. Walaupun itu tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat ini. Kita anggota militer masih belum bisa menerima kalau warga sipil menjadi pemimpin kami. Cara berpikirnya untuk internal pasti lain. Oleh karenanya, masih dijadikan wacana saja." Acara protokoler dimulai. Serah terima jabatan Kakapre didahului oleh nyanyian lagu kebangsaan Endonesa Jaya. "Setiap sistem punya kelemahannya masing-masing." Tutup Irsen Aji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun