Jack Ma ditahan adalah salah satu spekulasi atas menghilangnya sosok pebisnis besar di negeri tirai bambu. Jack Ma yang merupakan founder e-commerce Alibaba diketahui telah "menghilang"  dari hadapan publik  sejak Oktober 2020 lalu. Di twiter pun, Jack Ma terakhir kali terpantau aktif pada tanggal 10 Oktober 2020. Jack Ma juga tidak lagi muncul dalam satu acara reality show dimana dirinya menjadi juri.Â
Namun apakah Jack Ma sedang ditahan oleh kepolisian setempat, akibat dampak dari masalah yang dihadapi perusahaannya yang dianggap bermasalah dimata pemerintah?Â
Secara resmi tidak ada berita yang memuat hal ini, seperti yang kita ketahui bahwa informasi di dalam internal negera China merupakan yang tersulit untuk diendus media global, sebab China memang sangat membatasi informasi yang keluar dari negaranya. Tercermin lewat pembatasan sosial media asal luar yang tidak dapat digunakan di sana, mereka lebih banyak menggunakan platform lokal dalam berkomunikasi dan bersosial media. Untuk pengganti Whatapps, disana ada We Chat, pengganti google mereka memakai baidu.com, taobao.com, dan qq.com.Â
Hilangnya Jack Ma dari hadapan publik memang merupakan hal yang amat misterius, sehingga membuat rasa penasaran yang tinggi, mengingat Jack Ma adalah sosok yang vokal dan lugas dalam melakukan kritik terhadap hal yang dianggapnya salah. Termasuk saat dirinya mengkritik sistem perbankan China dan dunia yang terkesan kuno dan jadul.Â
Mungkin tahun 2020 merupakan tahun yang amat sulit bagi setiap kita di seluruh dunia, tidak terkecuali untuk seorang konglomerat seperti Jack Ma. Apalagi ketika ambisi besarnya lewat grup bisnis Ant Group yang akan go public yang kabarnya akan memecahkan rekor dunia. Ant Group sendiri saat ini telah menjadi startup unicorn yang bernilai lebih dari AS$1 miliar, dan menjadi yang paling berharga di dunia dalam bidang teknologi. Dengan valuasi perusahaan yang dilaporkan mencapai AS$150 miliar atau setara dengan Rp2.200 triliun (kurs Rp14.600/AS$).
Bloomberg mencatat, induk usaha Alipay tersebut berhasil mendapatkan laba sebesar AS$2 miliar laba pada kuartal terakhir 2019. Sedangkan pada pencatatan perdananya grup tersebut mengincar valuasi setidaknya AS$200 miliar atau setara Rp2.800 triliun.Â
Bahkan, jika kondisinya menguntungkan, Ant Group berpotensi meningkatkan nilai IPO-nya, mematahkan rekor AS$29 miliar atau Rp406 triliun yang diraih Saudi Aramco, perusahaan migas asal Arab Saudi saat pencatatan perdana. Apabila valuasi ini tercapai, selain menjadi perusahaan teknologi pertama yang terdaftar di bursa Hongkong dan Shanghai sekaligus, juga akan menjadi IPO terbesar di Tahun 2020.
Namun semua mimpi besar yang amat ambisius tersebut padam ketika presiden China  Xi Jinping memerintahkan regulator China untuk menghentikan rencana initial public offering (IPO) perusahaan teknologi keuangan Ant Group, sebelum pencatatan perdana saham di bursa saham Hong Kong dan bursa saham Shanghai, sebagaimana dikutip Reuters. Hal ini tentu sangat menghentak bagi Jack Ma dan mungkin saja hilangnya Jack Ma ada kaitannya dengan kritik pedasnya untuk pemerintah china dan dihentikannya proyek IPO Ant Group. Kini kita tentu terus menantikan kiprah Jack Ma dan menunggu ia kembali ke permukaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H