Waktu sudah memperlihatkan pukul satu pagi. Ryota-sensei memilih untuk mengakhiri sesi pembicaraan mereka. Lapisan yang menempel di sisi ruangan juga perlahan menghilang. Dia juga meminta murid-muridnya untuk beristirahat.
“Beristirahatlah Amacchi-san. Semoga kamu bisa lekas sehat dan bisa pulang lebih cepat ke Tokyo. Kamu tidak ingin melewatkan hari pertama ujian, bukan?”
Ryuo mengangguk iya. Ujian pertama di tahun kedua ini memang tinggal sebentar lagi. Maka dari itu, untuk menghilangkan rasa stres dan memberikan semangat kepada murid-muridnya, komite sekolah mengadakan studi tur ke luar kota selama tiga hari. Destinasi yang menjadi tempat studi tur murid-murid tahun kedua ini adalah kota Kyoto.
“Oh ya, bagaimana Anda bisa pergi keluar sampai selarut ini? Bukankah diri Anda seharusnya mendampingi kelas 2-C?”
“Aku sudah mendapatkan izin untuk menjengukmu. Aku juga berubah pikiran setelah Akihira Sakura-san menceritakan apa yang terjadi. Aku akan menemani kalian di sini hingga kamu sembuh.”
“Kalian?”
“Ya. Keempat sahabatmu itu sangatlah setia padamu. Mereka bilang mereka tidak akan pulang ke penginapan dan melanjutkan studi tur ini jika tidak ada kamu. Aku cukup iri melihat eratnya persahabatan kalian pada masa muda ini.”
Ryuo terhening sejenak. Ada benarnya apa yang dikatakan oleh Ryota-sensei. Kehidupan yang dia jalani sekarang benar-benar berbeda. Dia sekarang mulai paham apa arti kebersamaan dan pertemanan. Pada tahun lalu, dengan waktu yang sama, hidup yang dia jalani terasa tiada arti. Ryuo bergabung dengan Hakumigaoka Academy ini tanpa membawa teman. Walau begitu, siapa yang tidak mengetahui siswa kelas 2-A, Amacchi Ryuo. Murid SMA yang popularitasnya sangat tinggi di sekolah itu dikenal karena kepintaran, ketampanannya, dan prestasinya yang tak berseri. Baginya, semua hal itu tidaklah selalu menyenangkan.
Ryuo memang hidup seorang diri di kota ini. Orangtuanya sudah lama tidak ada. Dia dibesarkan oleh keluarga besar ibunya, hingga pada suatu saat, dia memutuskan untuk tinggal sendiri di kota ini. Takdir atau bukan, tetapi orang yang melengkapi dirinya mulai muncul satu per satu, mengisi kekosongan hidupnya. Hari-hari membosankan itu perlahan sirna seiring berjalannya waktu.