Pagi yang kehilangan energi, tampak dari mata matahari yang letih. Badan itu tidur pagi, dibangunkan keruyuk dan langkah kaki dalam pagi. Ibu telah sodorkan setumpuk kopi & teluhnya, katanya, "berbaringlah dalam kopi, supaya penatmu lenyap dalam sihir hitam kopi."
*
Dan masih terbebani mimpi: telah ia gagahai, telanjangi, kopi edisi pagi terbitan tangan Ibu pertiwi. Si lanang, pahlawan kepagian, yang butuh kopi & sesajian.
*
Dari wajah hitam kopi yang pucat pekat, Lanang bercermin, ia dapati; sedang ia teguk secangkir merapi, dengan raut gagah ia menuding gerombolan awan pagi --yang tak tahu-menahu dosa manusia, pepohonan, pun tetumbuhan & muasal Lanang.
*
"kring ... kring ... kring"
Sahut telepon genggam yang masih mengemban puing-puing nanar sisa perjudian panjang semalam suntuk.
Lanang terhentak dalam jaga pagi, di depan matahari yang nyata.
Seketika Lanang bungkam, Ia dapati badannya kuyup oleh bercak kopi yang ruah diseragam cita-citanya.
Ah, ternyata ia (hanya) sedang berkyahali di telaga imaji.
(2016)