Malam bitung, dan angin laut yang meniupkan ketenangan di himpitan pemukiman manusia
Laju kota terhenti, direnggut malam tanpa salam
Laut bergemuruh, ombak menancap dermaga, dalam hitungan detik yang pasti, berulang-ulang, digerakkan angin yang dingin
Anjing-anjing penjaga malam, bernyanyi dalam rima bernada siaga
Gonggong nya tegas dalam kejauhan, entah dimana muaranya
Para buruh berderum dihadapan waktu
Dengan wajah yang lanang, beserta badan yang masih membawa hawa pabrik, dan harapan yang padam di dasar lautan
Udara membawa daba kopra dari pabrik minyak kelapa
Ada tawa yang gembira diatas siksa
Ada cita-cita mulia setinggi pabrik semen tonasa
Â
(Bitung, 5/5/2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H