Menasehati adalah salah satu tindakan yang dianjurkan dalam urusan hablum minannas. Tapi dalam prakteknya, ternyata urusan menasehati ini bisa berbuntut menjadi permusuhan.
Padahal kalau diurut-urut, ternyata yang dikerjakan oleh si penasehat bukanlah menasehati, tetapi menggurui.
Saya jadi inget, seorang sahabat saya curhat kepada saya karena dia baru saja menandai alamat email kakak iparnya sebagai Spam. Alasannya adalah, supaya Google lain kali mengatur supaya email kakak iparnya itu tidak bisa digunakan lagi.
"Wow," kata saya waktu itu takjub. "Itu namanya permusuhan digital."
"Biarin aja," jawab sobat saya itu ketus.
"Dia ngapainin kamu, sampai-sampai kamu gituin alamat email-nya?"
Ternyata jawaban sobat saya adalah, "Dia ngirimin aku email sepanjang 1500 kata yang isinya sangat menggurui."
Sebagai orang yang bersusah payah untuk bersikap husnudzon, saya mencoba menetralisir pikirannya. "Mungkin dia hanya ingin menasehati kamu."
"Kalau gitu kenapa dia mengirim email-nya persis ketika aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku? Padahal aku baru saja menginap di rumahnya selama 3 malam, dan selama itu dia tidak sedikit pun ngobrol denganku."
Saya terdiam. Tiba-tiba saja saya jadi mengerti kenapa sahabat saya marah.
***