Menjadi primadona wisata, ternyata tidak selalu meningkatkan taraf hidup penduduk di tempat wisata itu. Setidaknya itulah kesan saya terhadap Danau Toba.Â
Danau Toba adalah icon Wonderful Indonesia yang menjadi favorit banyak orang. UNESCO menjadikannya global geopark. Tempat inilah alasan utama orang untuk berlibur ke Sumatera, dan menjadi alasan utama turis mancanegara mendatangi Indonesia (selain Bali dan Borobudur, tentu saja).
Tetapi, pariwisata ternyata bukan prioritas utama penduduk di kawasan Toba. Penduduk lokal lebih banyak mencari uang dengan cara bertani: menggarap sawah, menanam bawang, menyadap kemenyan.Â
Ketika pandemi datang dan menggebuk pariwisata, penduduk lebih dipusingkan hal-hal lain: Harga jual bawang tidak setinggi ekspektasi panen mereka, alih fungsi hutan mengurangi kualitas pohon haminjon milik mereka. Bahwa jumlah turis bule yang menginap di Tuktuk menjadi berkurang, who cares?Â
Padahal, pariwisata bisa meningkatkan pendapatan penduduk jika dieksplorasi baik-baik. Penduduk Toba dapat memperoleh lebih banyak manfaat seiring dengan ditetapkannya DSP Toba alias Destinasi Super Prioritas Toba. Tetapi memang perlu pendekatan untuk menyadarkan penduduk Toba akan potensi pariwisata mereka, dan memberdayakan mereka sebagai penyedia wisata itu sendiri.
Kehidupan Penduduk Lokal sebagai Pelaku Wisata
Ambil contoh dalam setahun terakhir, semakin banyak pengunjung memilih menikmati DSP Toba dari pinggir jalan di kawasan Bakkara di Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasannya adalah panorama danau nan permai berdampingan dengan sawah penduduk lokal, merupakan pemandangan yang sulit dijumpai di belahan dunia lain.
Humbang Hasundutan sepertinya tak perlu repot-repot bikin spot piknik baru di pinggir Danau Toba, karena justru pemandangan sawah itulah obyek wisatanya.
Saya berpikir, toh Desa Bakkara sendiri sudah merupakan desa wisata, maka alangkah klopnya jika beberapa penduduk menyewakan rumah mereka sebagai homestay berkualitas. Turis bisa menginap, mengamati kegiatan berladang penduduk sehari-hari, dan belajar marsege di atas anduri.
Perkebunan Kopi sebagai Obyek Wisata
Kopi Toba sudah terkenal ke luar negeri. Tapi pembeli jarang tahu bahwa biji kopinya bukan dipanen langsung di pinggir danau, melainkan dipetik dari lahan-lahan di kecamatan-kecamatan pada Kabupaten Humbang Hasundutan, antara lain Doloksanggul, Sintong, dan Paranginan.