Mohon tunggu...
Vicky CandraArifian
Vicky CandraArifian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah orang dengan kepribadian yang introvet. Akan tetapi, saya suka menyalurkan opini saya melalui sebuah tulisan. Saya juga memiliki hobi membaca novel serta komik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Logika Mistika dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Masyarakat Indonesia

30 Desember 2024   22:24 Diperbarui: 30 Desember 2024   22:24 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin, labu, penyihir (Sumber  : Pixabay)

Di tengah zaman yang sudah mengalami kemajuan dan perkembangan teknologi yang begitu pesat ini, logika mistika masih dapat ditemukan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Fenomena logika mistika yang sering kita temui di masyarakat adalah masyarakat ketika lebih memilih untuk pergi ke pengobatan tradisional seperti dukun daripada ke rumah sakit itu sendiri. Alasannya sendiri ialah karena biaya pengobatan di dukun cenderung lebih murah dan lebih universal (Sejawat, 2023). Menurut Badan Pusat Stastistik, Pada 2021, rata-rata pengeluaran per kapita untuk pengobatan tradisional hanya Rp405. Ini jauh lebih rendah dari pengeluaran untuk praktik dokter klinik yang sebesar Rp1.801. Fenomena lain yang baru terjadi beberapa tahun ini ialah penggunaan pawang hujan dalam gelaran MotoGp Mandalika 2022. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat indonesia di era modern ini masih kebergantungan terhadap logika mistika.

Dari beberapa contoh fenomena diatas, kalian mungkin sudah mengetahui makna dari logika mistika. Logika mistika sendiri merupakan pola pikir yang selalu mengaitkan hal-hal yang berlangsung di dunia ini dengan hal mistis, gaib maupun roh. Menurut Tan Malaka sendiri dalam bukunya "Madilog", logika mistika ialah sebuah cara berpikir yang menganggap segala sesuatu selalu memiliki hubungan dengan hal-hal berbau roh atau gaib. Menurut Simon (2004, dikutip dalam Pinyawali, 2024) Pendekatan  atau  cara  berpikir  mistik  ini  merupakan  warisan  masyarakat Eropa jauh  sebelum  filsafat  Yunani  mulai berkembang pada  awal abad  6  Sebelum Masehi (SM). Pendekatan mistik dapat juga disebut sebagai cara berpikir adikodrati, sebab dalam  metode  berpikir  ini alam  semesta  dan  segala  sesuatu yang ada  dan berlangsung di muka bumi, semata-mata ditentukan oleh kekuatan adikodrati (dewa atau Tuhan), campur tangan manusia sama sekali tidak ada. Cara berpikir mistika memiliki dampak yang sangat besar terhadap kemampuan berpikir rasional masyarakat.

Contohnya sendiri pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Masyarakat masih banyak yang enggan untuk menaati protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, tidak berkerumun, dan juga memakai hand sanitizer. Masyarakat bahkan ada yang berpendapat bahwa pandemi Covid-19 hanyalah hoax semata untuk menguntungkan pihak-pihak yang bekerja dibidang kesehatan, lalu juga ada yang menganggap bahwa hanya dengan taat beribadah dan berdoa maka Tuhan mereka akan menyelamatkan mereka. Sedangkan dalam hadist riwayat Bukhari Rasulullah SAW memerintahkan untuk masyarakat untuk menahan diri rumah masing-masing di tengah penyebaran wabah. Dari hadist itu sendiri dapat diambil kesimpulan bahwa sebelum kita menyerahkan diri kepada Tuhan, kita haruslah berusaha terlebih dahulu.

Dari contoh diatas dapat kita saksikan seberapa destruktif cara berpikir mistika ini. Orang dengan logika mistika akan cenderung mengambil kesimpulan yang tidak rasional dan enggan untuk menganalisis serta memahami lebih jauh lagi fenomena yang sedang terjadi. Cara berpikir mistika ini juga dapat menyebabkan terhambatnya kemajuan ilmu pengetahuan. Sekarang, coba bayangkan jika pada masa pandemi Covid-19 tahun lalu, semua orang beranggapan bahwa Covid-19 ialah penyakit yang tidaklah berbahaya dan enggan menaati protokol kesehatan karena yakin dengan beribadah dan berdoa saja mereka akan selamat maka mungkin hingga saat ini vaksin Covid-19 masih belum ditemukan.

Mungkin banyak yang beranggapan dengan meninggalkan pemikiran mistika berarti kita juga meninggalkan kepercayaan kita terhadap agama. Menurut KBBI, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama ialah pedoman moral dan spiritual kita. Jadi meninggalkan pemikiran mistika sejatinya adalah kita lebih mengedepankan pemikiran rasional dibanding pemikiran mistis dalam pengambilan keputusan serta menjelaskan fenomena yang terjadi. Dengan begitu, kemajuan ilmu pengetahuan juga tidak akan terhambat dan masyarakat dapat berfikir logis atas segala permasalahan yang terjadi dalam hidup mereka.

Referensi :

Pinyawali, Lasarus. "Kontroversi Pendekatan Terhadap Ancaman Covid-19: Rasional Atau Mistik?". Antrophos: Jurnal Ilmiah Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (January 12, 2024): 19--29. Accessed December 25, 2024.

Sejawat. (2023, Juli 12). Mengapa Pengobatan Alternatif Sangat Diminati di Indonesia?. https://sejawat.co.id/article/detail/mengapa-pengobatan-alternatif-sangat-diminati-di-indonesia-1689151621

Badan Pusat Statistik (2021). Profil Statistik Kesehatan 2021.

Malaka, T. (1951). Madilog, materialisme, dialektika, logika. Terbitan Widjaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun