Mohon tunggu...
Vicky CandraArifian
Vicky CandraArifian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah orang dengan kepribadian yang introvet. Akan tetapi, saya suka menyalurkan opini saya melalui sebuah tulisan. Saya juga memiliki hobi membaca novel serta komik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Kurikulum Merdeka Layak untuk Dilanjutkan?

3 November 2024   21:59 Diperbarui: 3 November 2024   22:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah sebagai bentuk mewujudkancita-cita Nasional Bangsa Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sasaran yang dicita-citakan dalam bidang pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik. Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai langkahantisipasi dalam menjawab tantangan yang muncul akibat perkembangan tersebut dengan tetap memperhatikan  situasi  dan  kondisi  serta  norma-norma  yang  berlaku  di  masyarakat. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum fleksibel yang berbasis karakter dan kompetensi sekaligus berbasis kreativitas yang ditetapkan pemerintah mulai tahun 2022/2023 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Harapan dari diberlakukannya kurikulum merdeka adalah peserta didik dapat berkembang sesuai bakat dan kemampuannya. Akan tetapi, pada realitanya kebebasan yang diberikan pada peserta didik justru menimbulkan kesenjangan baik secara kompetensi maupun secara kualitas pendidikannya. Penerapan dari kurikulum merdeka ini sendiri haruslah diikuti dengan pemeretaan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia.     

       Kurikulum Merdeka, menurut terminologi Andy Hargreaves (2021), terjebak dalam mitos pembelajaran menyenangkan dengan andalan utamanya Pembelajaran Proyek Profil Pelajar Pancasila. Hargreaves menyatakan bahwa pembelajaran menyenangkan hanyalah mitos karena belajar melibatkan disiplin, ketekunan, kerja keras, dan komitmen. Sesuatu yang menyenangkan tidak selalu terkait dengan pembelajaran yang mendalam. Hal inilah yang harus dikaji lebih dalam untuk implementasi yang lebih baik ke depannya. 

       Beberapa waktu lalu kembali viral video puluhan siswa SMP di Jawa Barat masih belum bisa membaca. Menanggapi hal itu, Pengamat Pendidikan Totok Amin dari Universitas Paramadina mengatakan, seharusnya pemerintah kini benar-benar fokus untuk menaikkan kompetensi guru.

"Kita (Indonesia) harus serius menaikkan kompetensi guru," kata Totok kepada Kompas.com, Senin (5/8/2024).

Dengan adanya berita tersebut menandakan bahwa penerapan kebijakan kurikulum belum bekerja sesuai harapan. Dalam memajukan pendidikan di Indonesia kita harus memulainya dari dasar terlebih dahulu seperti kesejahteraan tenaga pendidik, fasilitas sarana dan prasarana yang merata, dll.

Referensi :

M.Pd., Prof.Dr.H.E.M., 2023. Implementasi kurikulum merdeka. Bumi Aksara.

Ismawati, I. (2022) "Problematika Kurikulum Merdeka Di Kabupaten Nabire", Metta : Jurnal Ilmu Multidisiplin, 2(4), pp. 312--320. doi: 10.37329/metta.v2i4.2895.

Divana Leli Anggraini, Marsela Yulianti, Siti Nurfaizah and Anjani Putri Belawati Pandiangan (2022) "PERAN GURU DALAM MENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA", Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sosial, 1(3), pp. 290--298. doi: 10.58540/jipsi.v1i3.53.

Kasih, A.P., 2024. Viral Puluhan Siswa SMP Belum Bisa Baca, Pengamat: Kurikulum Belum Sesuai Harapan. Kompas.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun