2. Bullying secara Lisan (Verbal)
Tindakan bullying juga bisa dilakukan secara lisan, seperti menghina, mengejek, dan mengolok orang lain. Meskipun tidak meninggalkan luka yang terlihat secara fisik, bullying secara lisan ini merupakan jenis pelecehan yang ditargetkan (targeted harassment) yang pada akhirnya dapat berujung pada tindakan kekerasan fisik.
Bagi sebagian orang, bullying verbal dinilai lebih berbahaya dari bullying fisik karena tipe bullying ini dapat menghancurkan harga diri dan citra diri korban. Kata-kata menyakitkan yang ditujukan untuk korban bisa membekas di hati dalam waktu yang lama dan memengaruhi kesehatan jiwaannya.
3. Bullying secara Sosial
Bullying yang dilakukan secara sosial biasanya tidak mudah dideteksi. Maka dari itu, jenis bullying ini sering dikenal sebagai penindasan terselubung (covert bullying). Tujuannya adalah untuk merusak reputasi seseorang dalam lingkungan sosial. Adapun contoh-contoh bullying secara sosial adalah:
- Menyebarkan kebohongan atau gosip tentang seseorang.
- Melontarkan lelucon untuk mempermalukan dan menghina orang lain.
- Mendorong orang lain di sekitar untuk mengucilkan seseorang.
- Tatapan sinis yang ditujukan untuk mengintimidasi secara halus.
4. Bullying di Internet (Cyberbullying)
Cyberbullying adalah bentuk tindakan agresif yang ditujukan kepada seseorang melalui teknologi digital. Umumnya, cyberbullying terjadi di media sosial, game online, dan platform lain yang menyediakan kolom interaksi. Bullying di sini tidak dilakukan dengan tatap muka, melainkan secara virtual atau online. Adapun contoh dari cyberbullying adalah:
Cara Mengatasi Bullying
Orang tua perlu mengambil peran aktif untuk mengatasi tanda-tanda perlakuan bullying yang ada pada anak. Beberapa cara untuk menangani anak yang terindikasi melakukan bullying adalah:
1. Lebih Dekat dengan Anak
Pola asuh orang tua memiliki peran penting di sini dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan emosional anak. Mulailah mendekati anak dan cobalah membangun hubungan komunikasi yang lebih baik. Hal ini juga akan mendorong anak untuk mau menjadi lebih terbuka, sehingga orang tua dapat mengidentifikasi sumber masalah yang berujung pada tindakan bullying.