Mohon tunggu...
Victor Rempas
Victor Rempas Mohon Tunggu... -

apa adanya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diary from Lion Air

19 Mei 2011   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Penerbangan siang itu cukup menakjubkan. Pramugari cantik sementara memberikan contoh parade penyelamatan jika terjadi musibah. Tepat pukul 10.15 akhirnya pesawat lion air jurusan Makassar Manado bergerak perlahan, menuju landasan pacu dan siap membawa kami dengan seluruh kekuatannya, melintasi langit pulau sulawesi. Aku duduk di kursi samping nyaris sejajar dengan sayap singa terbang.. Dalam hatiku hanya doa yang bisa kupanjatkan agar bisa tiba dikotaku dengan selamat.


Kembali kubengkokkan kursi ku agar bisa tidur, kulepas sabuk pengaman dan mulai memejamkan mata setelah tanda aman diisyaratkan. Diatas kepakan sayap sang lion yang mengangkut ratusan penumpang. Aku tersadar saat ada gerakan pelan disampingku, rupanya sedang membenahi cara duduknya. Seorang bapak yang sejak tadi ternyata memperhatikan caraku menikmati perjalanan udara. Biar dibilang menghormati orang tua, akhirnya aku beranikan diri untuk menyapa dia. "mo kemana pak?" padahal uda tau pasti tujuannya ke manado, kotaku (basa-basi.com). Jawab bapaknya, "ke manado de," katanya ramah.

Tibalah waktunya untuk melanjutkan pembicaraan lebih kompleks lagi dan dengan keberaniannya pulah akhirnya dia membuka rahasia hidup massa depan keluarganya.  Ternyata, maksud bapak tersebut ingin observasi keadaan kota manado, karena anaknya ingin melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di manado dan keseriusan ini ditangapi oleh bapaknya yang berdasarkan pengakuannya bekerja sebagai pensiunan pegawai pertamina. "Jurusan kedokteran" kata bapak itu lagi. Dari gaya bapak bercerita, sebenarnya bapak ini termasuk orang tua yang demokratis dan pinter buat mendukung anaknya berhasil dan dari gaya bicaranya sepertinya dia merupakan orang Toraja (dialegnya ku kenal). Tapi sebenarnya inti pembicaraan hinga aku berani menuliskan pengalaman berharga ini dimulai dari kalimat selanjutnya.

Setelah mendapatkan semangkok air mineral dan roti, akhirnya kami mulai intens bercerita. Bapak itu mengaku adalah penumpang pindahan setelah kurang lebih 3 jam lamanya terbang mengunakan pesawat yang sama dari tanah papua. Meskipun begitu, dia sempat mengambil bungkusan kecil yang dititip keluarganya dari Toraja yang jauh-jauh datang ke Makassar buat dibawa ke familynya di Manado. Pembicaraan kian menjurus setelah aku mulai menanggapi ceritanya tentang Tana Toraja. Maklum, aku sedikit tau tentang kota yang dinamakan tana Toraja yang berkedudukan di Rantepao (sekarang toraja utara), karena kota itu pernah menorehkan sejarah besar dihidupku. Rupanya bapak tersebut juga penasaran dan begitu besar rasa ingin taunya, ketika mengetahui sedikit tentang aku dan Torajaku. Saking kepercayaanya dengan kata-kataku, aku bahkan sempat diberitahu rahasia tentang orang toraja bahwa, mereka ramah dan setia. Padahal aku tidak bermaksud dan berani menanyakan hal itu mungkin takut salah dan menyakiti hati bapak itu. Tapi akhirnya akupun menyela pembicaraan dan rela berkata," pak sudahlah, aku terhalang karena adat, aku tidak dibolein berhubungan karena adat toraja yang begitu kental, lagian orang tuanya tidak menyukai aku karena orang Manado," kataku dengan nada berat. Lagian, kami ditentang sama orang tua yang sama-sama menjadi orang penting dalam hidup kami," kataku lagi.

Diatas etinggian 3000 kaki dari permukaan laut, akhirnya aku memberanikan diri buat menceritakan semuanya kepada orang yang baru sejam lamanya kukenal. Bapak itu berbisik kepadaku. "KAmu harus tau bahwa sebenarnya, cinta itu bukanlah barang berat yang harus disimpan, cinta itu adalah kata hati yang ada didalam hatimu, kemanapun dia membawamu, haruslah dikejar,". Sang bapak mulai menceritakan semua pengalaman hidup tentang keluarganya. Menurutnya, dalam keluarganya-pun pernah mengalami hal yang sama denganku. Adik dari bapaknya yang merupakan salah satu pensiunan TNI juga pernah menikah dengan gadis Manado. Kondisi berat itu yang membuat keluarganya marah bahkan tidak menjadikannya keluarga lagi. Alasan itu dilakukan karena salah satu orang tuanya itu melupakan kampung halamannya. "jika ada acara keluarga, pastilah dia dilarang pulang kampung oleh istrinya, padahal keluarga berharap kedatangannya, tapi biarlah itu cerita massa lalu, toch akhirnya kami bisa memaafkan dia," katanya sambil merubah posisi duduknya agak terbaring. Sambil mengambil majalah dilaci kursi didepan kursinya, dia kembali melanjutkan pembicaraanya. Namun ada satu keluarga lagi (keponakan) yang suaminya menikah dengan orang manado, tapi sekarang mereka menetap di Tembagapura. Dari pembicaraanya, kulihat jelas bahwa orang tua ini ingin terus menyemangatiku. Dilepasnya majalah itu,dan dia berucap, "Tapi orang manado baik ya, mungkin kita yang keturunan toraja juga yang tidak bisa menilai, keponakan om itu, rajin pulang toraja kalo ada apa-apa, malahan dia yang lebih bersemangat jadi orang toraja daripada istrinya, jadi kamu jangan putus asa," katanya yang membuat hatiku kian menciut.

Pembicaraan kami sempat terhenti, tatkala aku mulai merasa kedinginan, dan berusaha mencari tas kecilku dibagian samping tempat duduk, dan mengeluarkan jaket switer andalanku. Setelah hampir 20 menit melakukan perjalanan udara dengan pengalaman pribadi yang mengejutkan, aku merasakan dingin yang masuk seakan meremas seluruh badanku. Kulihat ke arah luar jendela, hanya hutan belantara dan pegunungan hijau, entah apa maknanya, yang pasti dari ketinggian, hutan sulawesi masih hijau dan misteri. Layaknya cerita cintaku yang pernah menjadi misteri karena ditentang dengan kekuatan adat yang semestinya bakal membahagiakanku dan tentunya dia. Kupalingkan wajahku melihat bapak yang disampingku ternyata dia tidak bisa tidur, mungkin saja ada perkataan lain yang belum dia sampaikan. "Kasian terganggu dengan rasa dinginku tadi," ucapku dalam hati. Dari sisa-sisa ingatannya, dia akhirnya mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah kulupakan dalam hidupku sejak duduk berdampingan waktu itu. "Belajar dari kesalahan, pasti ada solusinya. Belajar dari mencintai tulus pasti ada gunanya". Kalimat indah yang belum kutau maknanya hingga saat ini.

Hingga pesawat kami landing di bandara samratulangi manado, tidak ada kata-kata lain yang dia sampaikan, selain nomor ponsel miliknya yang kuminta. Memang banyak keraguan dan kekecewaan yang pernah kita alami, tapi semuanya tetap dilupakan hanya dengan sekejap. ternyata cinta bisa merubah semuanya. Aku bersyukur pernah tau dan mengenal, bagian terindah yang dimiliki suku Toraja, dengan semangat kerja keras, tak mengenal lelah dan selalu berjuang untuk membahagiakan banyak orang apalagi keluarga. Namun aku juga tidak pernah melupakan akan kesetiaan hati wanita orang toraja yang setiap saat mendokan dan bergumul dengan penantian cinta yang mungkin dan bisa jadi tidak akan terkenang kembali.

"Jikapun satu saat engkau menemukan tulisan ini, dengan sendirinya engkau sudah mengenang cinta kita yang pernah ada, dan menghiasi pelangi dunia (Naff- Kenanglah Aku). Kalaupun dulu aku sempat menitipkan cintaku buat kamu jaga, namun sekarang biarlah cinta itu kamu abadikan dalam hatimu yang paling dalam seperti ukiran dinding Tongkonan, namun seindah Salu Sa'dan yang mengalir dikotamu. Jikapun didunia ini, dunia yang orang katanakan bumi aku kehilanganmu, tapi percayalah, jauh diatas bumi, dimana orang menyebutnya dunia diatas bumi, aku pasti akan menjagamu selalu dan mempercayakan hatiku tulus buatmu..."  (vv)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun