Pada tahun ini, Â bulan Ramadhan hadir bersamaan dengan perayaan Hari Raya Nyepi, sebuah momen penting bagi umat Hindu di Indonesia. Dengan hadirnya dua peristiwa keagamaan besar di waktu yang bersamaan pada tahun ini dapat menggambarkan betapa pentingnya toleransi dan kerukunan di antara berbagai umat beragama dalam masyarakat yang beragam. Selain menjadi waktu bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah, memperdalam iman dan mendekatkan diri kepada sang Pencipta melalui shalat, membaca Al Qur'an serta melakukan amalan kebaikan. Bulan Ramadhan tahun ini juga menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan kebersamaan antar umat beragama.Â
Firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu". Dengan diturunkannya ayat ini sudah jelas, Allah menciptakan manusia dengan berbagai latar belakang suku, ras, dan agama agar saling mengenal dan memahami satu sama lain. Allah tidak menilai kemuliaan seorang hambanya dengan perbedaan-perbedaan tersebut, melainkan dengan ketakwaan dan keimanannya kepada Allah. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di antara berbagai umat beragama.Â
Banyak sikap yang bisa kita terapkan dalam menyikapi dua peristiwa keagamaan besar yang datang dalam waktu bersamaan ini, di antaranya:
1. Tidak menggunakan pengeras suara saat adzan.
Setiap masuknya waktu-waktu tertentu untuk melaksanakan shalat, umat Muslim selalu mengumandangkan adzan menggunakan pengeras suara. Namun, demi menghargai serta menyikapi perayaan Hari Raya Nyepi, umat Muslim bisa melakukannya dengan tidak menggunakan pengeras suara saat mengumandangkan adzan. Karena, dalam aturan perayaan Hari Raya Nyepi agama Hindu ditandai dengan keheningan, ketenangan dan larangan menimbulkan suara bising.
2. Tidak shalat tarawihÂ
 Sejatinya, tarawih adalah shalat yang hanya dilaksanakan di bulan Ramadhan. Maka dari itu banyak Umat Muslim yang berbondong-bondong datang ke masjid demi menjalankan shalat sunnah yang bisa dikerjakan dalam satu bulan sekali ini. Namun, dalam perayaan Hari Raya Nyepi ini umat Muslim masih bisa melaksanakan shalat tarawih, namun dengan cara yang lebih tenang dan tidak menimbulkan suara bising yang dapat mengganggu perayaan Hari Raya Nyepi. Hal ini menunjukkan bahwa umat Muslim dapat menyesuaikan diri dengan tradisi dan aturan yang berlaku di lingkungan sekitar, tanpa mengurangi nilai ibadah yang dilakukannya.
3. Menghentikan bermain petasan atau kembang api
Saat pelaksanaan shalat tarawih, anak-anak seringkali tergoda untuk memainkan petasan maupun kembang api. Namun, ketika umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi, sudah sebaiknya umat Muslim menghargai dan menghormati tradisi tersebut dengan tidak memainkan petasan maupun kembang api tersebut. Dalam tradisi Hari Raya Nyepi, umat Hindu menjalankan tradisi amati geni, yang berarti larangan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan api, seperti memasak, merokok, atau menyalakan lampu. Menyikapi hal ini, umat Muslim di Indonesia seharusnya melaksanakan ajaran agama mereka dengan penuh kesadaran akan saling menghargai antar umat beragama.
Dengan adanya saling memahami dan menghargai adanya perbedaan, kita dapat hidup berdampingan dengan damai. Sikap saling menghormati tradisi dan keyakinan masing-masing adalah kunci utama dalam menciptakan keharmonisan di tengah perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H