Pada tahun 2014, dunia menyaksikan salah satu kampanye global yang paling mencolok dan berpengaruh yang dipimpin oleh para aktivis Nigeria. Kampanye ini tidak hanya berhasil menarik perhatian internasional, tetapi juga memperlihatkan kekuatan diplomasi digital dalam menggerakkan dunia terhadap isu-isu kemanusiaan yang mendesak.
Peristiwa tragis yang menjadi pusat perhatian ini adalah penculikan lebih dari 200 siswi pada bulan April 2014 oleh kelompok ekstremis Boko Haram di Chibok, Nigeria. Sebagai tanggapan terhadap insiden ini, kampanye global yang dikenal dengan tagar #BringBackOurGirls muncul.
Pada malam tanggal 14-15 April 2014, sekelompok besar militan Boko Haram menyerang sebuah sekolah menengah negeri di Chibok, sebuah kota kecil di timur laut Nigeria. Dalam serangan tersebut, mereka menculik 276 siswi yang sedang bersiap untuk ujian akhir mereka.
Peristiwa ini segera memicu gelombang ketidakpercayaan dan kemarahan, tidak hanya di Nigeria tetapi juga di seluruh dunia. Namun, pada awalnya, reaksi internasional terhadap insiden tersebut relatif lambat.
Sebagai respons terhadap sikap diam dan kurangnya tindakan segera dari komunitas internasional, para aktivis Nigeria, bersama dengan keluarga para gadis yang diculik, mulai mengorganisir kampanye yang bertujuan untuk menarik perhatian global. Mereka mulai menyebarkan informasi tentang penculikan ini melalui platform media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram dengan menggunakan tagar #BringBackOurGirls.
Tagar ini dengan cepat menjadi viral, dan berbagai selebritas, politisi, serta tokoh masyarakat dari seluruh dunia ikut bergabung dalam kampanye tersebut. Kampanye ini menjadi simbol kekuatan media sosial dalam mengadvokasi isu-isu kemanusiaan dan menunjukkan solidaritas global dalam menghadapi tragedi kemanusiaan.
Diplomasi digital, yaitu penggunaan teknologi digital dan platform media sosial oleh aktor negara maupun non-negara untuk mencapai tujuan diplomatik, memainkan peran penting dalam kampanye ini. Media sosial memungkinkan para aktivis menjangkau audiens global dengan cepat dan efisien.
Melalui pesan dan gambar yang menyentuh hati, informasi tentang kampanye ini dapat dibagikan secara luas, mendorong dukungan dari orang-orang di seluruh dunia. Dengan menyebarkan pesannya melalui platform global, kampanye ini berhasil membangun tekanan internasional yang signifikan terhadap pemerintah Nigeria dan komunitas internasional untuk segera bertindak.
 Meningkatnya perhatian global memaksa berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden AS saat itu, Barack Obama, untuk mengutuk penculikan tersebut dan menyerukan tindakan cepat. Kampanye ini menunjukkan bagaimana diplomasi digital dapat mendorong kerjasama antarnegara dan organisasi internasional.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan beberapa negara lainnya turut bergabung dalam upaya pencarian dan penyelamatan, sebagian besar karena momentum yang dibangun oleh kampanye global ini. Selebriti dan tokoh internasional menggunakan platform mereka untuk memperkuat pesan kampanye, menjadikannya lebih terlihat dan dikenal.
Michelle Obama, Malala Yousafzai, dan berbagai bintang Hollywood turut menyuarakan dukungan mereka, menambah glamor dan tekanan moral pada isu ini. Dengan membagikan gambar dan kisah pribadi para gadis yang diculik, kampanye ini menciptakan narasi emosional yang kuat.