[caption id="" align="aligncenter" width="386" caption="http://www.berdikarionline.com"][/caption]
Ditahannya Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Demokrat, menambah daftar tersangka korupsi ditubuh partai berlambang mercy ini. Sebelumnya, tiga nama petinggi DPP Partai Demokrat sudah terlebih dahulu dijadikan tersangka oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK). Yaitu Nazarudin, Angelina Sondakh dan Andi Malarangeng.
Banyaknya kader pimpinan Demokrat yang tertangkap membuat Ketua Dewan Pembina yang juga Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono berang. Hampir semua lembaga survei menyatakan elektabilitas dan popularitas Partai Demokrat anjlok luar biasa. Bahkan sebagian lembaga survei memprediksi suara Partai demokrat di pemilu 2014 mendatang tidak akan lebih dari 7 persen.
Menanggapi hal tersebut, Presiden SBY tidak mau melihat partai yang membesarkan namanya ini hancur begitu saja. Langkah-langkah pembenahan dan bersih – bersih partai pun akhirnya ditempuh. Perubahan struktur partai menjadi langkah awal yang dilakukan SBY. Bahkan untuk mencoba membangun citranya kembali, Partai Demokrat mencoba melakukan Konvensi Calon Presiden (Capres). Melakukan verifikasi terhadap sejumlah tokoh nasional yang layak untuk diusung menjadi Presiden melalui Partai Demokrat.
Namun yang menjadi pertanyaan menarik, Apakah langkah penyelamatan ini mampu menyelamatkan Partai Demokrat di Pemilu 2014? Apakah Stereotype sebagai Partai korup bisa dengan mudah hilang dari benak masyarakat? Apakah target 20 persen suara Presidential Threshold bisa terwujud? Tidak mudah memang untuk menjawabnya. Karena dalam politik, semua bisa berubah dalam sepersekian detik.
Bagi saya yang menarik adalah langkah-langkah terukur yang selalu diambil SBY dalam setiap momentum politik. Kasus Hambalang yang menyeret nama mantan Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum, menjadi hal menarik untuk dicermati. Setahun lebih posisi Anas sebagai tersangka korupsi mengambang begitu saja. Hingga akhirnya Anas diperiksa dan ditahan oleh KPK. Banyak pertanyaan yang muncul. Bahkan tidak segan-segan para pengamat politik memprediksi kasus ini akan menjadi blunder bagi SBY dan Demokrat. Mulai dari pernyataan tersirat yang disampaikan Anas sewaktu selesai diperiksa oleh KPK hingga akan terseretnya Ibas, putra bungsu sang Presiden dalam pusaran kasus Hambalang ini.
Inilah kehebatan dan kematangan SBY dalam berpolitik. Diamampu memainkan mood rakyat terhadap kasus-kasus yang menerpa dirinya dan Partainya. Ketika ingatan masyarakat mulai menguap tentang kasus Anas, diangkatnya kembali kasus ini dan dengan mudah masyarakat kembali mengingatnya. Slogan penting yang pernah diucapkan Anas (Gantung saya di Monas jika terbukti korupsi) langsung mencuat dibenak masyarakat. Dan hebatnya kasus ini dimainkan sedemikian rapi sehingga konflik yang terjadi adalah antara Anas vs KPK. Bukan konflik yang sebenarnya, yakni Anas vs SBY.
Lantas bagaimana dampaknya terhadap Ibas? Tak usah terburu-buru untuk menyimpulkan. Karena secara politik saya bisa menyematkan label kepada SBY sebagai Raja Tega demi menyelamatkan “kerajaannya”. Tak menutup kemungkinan ibas pun bisa bernasib sama seperti Anas. Namun bisa juga tidak. Tergantung bagaimana SBY melihat momentum politik kedepan. Bahkan situasi seperti sekarang ini bisa saja diubah oleh SBY dengan memainkan strategi-strategi yang terukur.
SBY bisa jadi dengan mudah membalikkan tuduhan masyarakat terhadap Demokrat. Dari partai yang minta ampun korupnya menjadi partai yang serius memberantas korupsi. Bagaimana bisa? Dalih yang dilakukan SBY adalah : Meski merupakan petinggi Partai yang menjadi andalan, ia dengan tegas menindak saat anak emasnya ikut-ikutan KORUPSI. Kesan yang ditimbulkan SBY dalam memproses anak emasnya adalah, “DEMOKRAT TIDAK TEBANG PILIH DALAM PROSES KASUS KORUPSI”. Bahwa Demokrat lah satu-satunya Partai yang berani memenjarakan mantan Ketua Umum, Bendahara dan para petinggi partai yang terkena kasus korupsi, sementara partai-partai lain, sebut saja PKS dengan LHI atau Anis Matta nya selalu mengagungkan pimpinan mereka meski terlibat kasus korupsi. Demokrat seperti tanpa cela dan pola pikir masyarakat digiring dengan pemberitaan mengenai begitu tegasnya SBY menangani kemelut korupsi dalam partainya.
Sekarang giliran anda yang akan menilai. Tak lebih dari 3 bulan Pemilu 2014 akan segera dilaksanakan.Apakah pertanyaan saya diatas akan terjawab dengan hasil yang memuaskan bagi SBY dan Demokrat? Kita tunggu saja. Lagi-lagi kecerdasan masyarakat lah yang akan menentukan dan menjawab semua pertanyaan saya. Sekian!!
Jakarta dalam Suasana Banjir, 13 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H