Mohon tunggu...
Vian Nourmadina Devita
Vian Nourmadina Devita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Vian Nourmadina Devita dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ). Saya adalah orang yang ekstrovert, aktif berkomunikasi, dan dapat bersosialisasi dengan sesama didalam dunia sosial. Hobi saya adalah menonton film dan juga membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Filter Bubble terhadap Pola Konsumsi Konten di Tiktok: "Mengapa Kita Hanya Melihat yang Kita Suka?"

8 Desember 2024   23:08 Diperbarui: 8 Desember 2024   23:47 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan pesat teknologi informasi, terutama media sosial, telah membuat teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, Teknologi ini hadir dalam bentuk perangkat lunak seperti media penyalur kreativitas, yaitu TikTok. (Mulyani et al., 2022). Sebagai salah satu platform media sosial yang berkembang pesat, Tiktok telah menarik jutaan pengguna di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. (Ruhyat & Wahidin, 2024).
TikTok adalah aplikasi berbagi video pendek yang mengutamakan interaksi berbasis konten, dengan umpan video yang disesuaikan melalui algoritma rekomendasi. (Klug et al., 2021). Namun, dibalik kemudahan mengakses konten yang kita sukai, ada fenomena yang perlu kita perhatikan kembali yaitu, Filter Bubble.
Filter  bubble  atau  gelembung  filter  adalah  fenomena  di  mana  orang  hanya  terpapar  pada  opini  dan pandangan yang sudah sejalan dengan pandangan mereka sendiri. (Kesehatan et al., 2023) Filter bubble menyebabkan pengguna terisolasi dalam 'gelembung' informasi yang sesuai dengan preferensi keinginan dan memperkuat pandangan mereka sendiri tanpa melihat sudut pandang yang berbeda.(JASMINE, 2014)
Contoh nyata yang saya alami pun turut menjadi tanda tanya dalam diri saya. Pada saat  awal saya menggunakan TikTok, saya tertarik dengan konten memes, dan secara kebetulan For You Page saya dipenuhi dengan video memes. Hal Ini membuat saya bertanya, mengapa kita hanya melihat apa yang kita sukai?
Salah satu dampak positif yang ditimbulkan oleh Filter Bubble yaitu, Pengguna dapat lebih mudah mendapatkan konten yang mereka inginkan (relevan) serta, Pengguna dapat dengan mudah menyaring informasi yang tidak mereka sukai dan tidak mereka butuhkan. (Wulandari et al., 2021). Sedangkan, Dampak negatif yang dapat ditimbulkan antara lain, tingginya paparan terhadap informasi yang sejalan dengan pandangan individu sehingga  menimbulkan adanya risiko  fragmentasi informasi dan mengurangi keberagaman perspektif Masyarakat dan  memperkuat  polarisasi opini, yang berdampak negatif pada partisipasi Masyarakat dalam bermedia sosial.  (Anugrafianto, 2023).
Upaya untuk mencegah terjadinya dampak negatif penggunaan media sosial yaitu dengan meningkatkan cara berpikir kritis Masyarakat sehingga mereka harus memverifikasi segala sumber berita yang ada. (Dwiyanti et al., 2023)
Gabungan antara konten, interaksi sosial, dan alat komunikasi di media sosial menciptakan lingkungan di mana informasi tidak hanya dipertukarkan, tetapi juga didukung oleh hubungan sosial. (Erlisya et al., 2024). Konten yang meningkatkan minat pengguna melalui algoritma dapat merugikan, tidak hanya bagi pengguna TikTok, tetapi juga bagi pengembangan algoritma di masa depan. (Bryant et al., 2020). Paparan berulang terhadap gelembung konten semacam ini, dapat mengakibatkan kehidupan sosial yang tidak sehat dan kecanduan penggunaan platform, sehingga berdampak negatif pada kesehatan mental pengguna, menyebabkan peningkatan waktu yang dihabiskan (scrolling) media sosial Tiktok yang berlebihan.(Silvanie et al., 2024)
Algoritma filter bubble yang telah berkembang pesat, dengan memanfaatkan model dan teknik pembelajaran mesin yang kompleks sehingga meningkatkan relevansi dan kustomisasi hasil pencarian.(Saxena, n.d.) menjadikan Filter bubble sebagai masalah bagi luasnya wawasan berliterasi digital, karena menghilangkan saluran yang dapat diandalkan, sehingga informasi penting mengenai topik dan dasar perdebatan tidak dapat dikirim dan diterima.(Bozdag & van den Hoven, 2015)
Istilah filter bubble memiliki makna yang mirip dengan lubang hitam. Lubang hitam adalah ruang komunikasi online yang terisolasi di mana pandangan kritis dan transparansi dihindari. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan jaringan sosial yang relatif tertutup yang mewakili pandangan tertentu. (Hidayah, 2019)
Hal yang dapat kita sadari yaitu, Transparansi algoritma penting agar pengguna memahami cara kerjanya dan menghindari filter bubble, sehingga mereka dapat menyesuaikan perilaku dengan informasi yang ditampilkan.(Chen, 2023)
Filter bubble di TikTok mempengaruhi konsumen dengan menyajikan konten yang terpersonalisasi, memperkuat preferensi yang sudah ada dan membatasi paparan terhadap informasi atau pilihan baru, yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi dan keberagaman pengalaman. Maka dari itu, kita perlu meningkatkan pemahaman literasi digital sehingga tidak terjebak oleh asupan konten terpersonalisasi (filter bubble).


DAFTAR PUSTAKA

Anugrafianto, T. R. (2023). Analisis Dampak Media Digital terhadap Pola Konsumsi Berita Generasi Milenial di Indonesia A B S T R A K. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(3), 21–25.
Bozdag, E., & van den Hoven, J. (2015). Breaking the filter bubble: democracy and design. Ethics and Information Technology, 17(4), 249–265. https://doi.org/10.1007/s10676-015-9380-y
Chen, S. (2023). How Social Media Can Solve the Problem of “Filter Bubbles” Under the NewMedia Algorithm Recommendation Mechanism the Example of Tik Tok. Atlantis Press SARL. https://doi.org/10.2991/978-2-38476-062-6_165
Dwiyanti, D. A., Nurani, I., Alfarizi, M. N., & Hubbah, R. D. (2023). Pengaruh Media Sosial terhadap Partisipasi Politik Warga Negara: Dampak Positif dan Negatif. Advances In Social Humanities Research, 1(4), 298–306. https://www.adshr.org/index.php/vo/article/view/34
Erlisya, V., Aulia, A., Tobing, N. B., & Saputra, B. (2024). Peran Media Sosial dalam Transformasi Politik. Jurnal Ilmu Hukum, 1(4), 62–66. https://doi.org/10.62017/syariah
Hidayah, A. R. (2019). Persecution Act as Filter Bubble Effect: Digital Society and The Shift of Public Sphere. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 22(2), 112. https://doi.org/10.22146/jsp.33244
JASMINE, K. (2014). 済無No Title No Title No Title. Penambahan Natrium Benzoat Dan Kalium Sorbat (Antiinversi) Dan Kecepatan Pengadukan Sebagai Upaya Penghambatan Reaksi Inversi Pada Nira Tebu, 1–19.
Kesehatan, M., Suwardono, D., & Santoso, G. (2023). Peran Media Massa dan Opini Publik Dalam Mendukung Atau  Mengancam Kesehatan Demokrasi. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(3), 228–238. https://jupetra.org/index.php/jpt/article/view/1393
Klug, D., Qin, Y., Evans, M., & Kaufman, G. (2021). Trick and Please. A Mixed-Method Study on User Assumptions about the TikTok Algorithm. ACM International Conference Proceeding Series, 84–92. https://doi.org/10.1145/3447535.3462512
Mulyani, Y. S., Wibisono, T., & Hikmah, A. B. (2022). Pemanfaatan Media Sosial Tiktok Untuk Pemasaran Bisnis Digital Sebagai Media Promosi. Hospitality, 11(1), 291–296. http://stp-mataram.e-journal.id/JHI
Ruhyat, R., & Wahidin, D. T. S. (2024). Analysis of the Filter Bubble Algorithm on TikTok Concerning “Toxic” Polarization During the 2024 Presidential Campaign. Journal La Sociale, 5(5), 1326–1336. https://doi.org/10.37899/journal-la-sociale.v5i5.1334
Saxena, A. K. (n.d.). Beyond the Filter Bubble : A Critical Examination of Search Personalization and Information Ecosystems.
Silvanie, A., Subekti, R., Sidik Permana, D., & Kurniawan, A. (2024). Tinjauan Komprehensif tentang Dampak Algoritma Media Sosial. Tinjauan Komprehensif Tentang (Astried Silvanie, Dkk) Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(8), 189–195. https://doi.org/10.5281/zenodo.13253688
Wulandari, V., Rullyana, G., & Ardiansah, A. (2021). Pengaruh algoritma filter bubble dan echo chamber terhadap perilaku penggunaan internet. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 17(1), 98–111. https://doi.org/10.22146/bip.v17i1.423

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun