Mohon tunggu...
Alfian D. Cahyo
Alfian D. Cahyo Mohon Tunggu... -

Alfian Dwi Cahyo, lahir di Blitar 13 Maret 1990, remaja yang berzodiak pisces ini adalah mahasiswa pendidikan sejarah FIS UM angkatan 2009. Ia menempuh pendidikan dasar di SDN Kunir 01. Keinginan untuk terus bersekolah negeri, akhirnya ia diterima di salah satu sekolah berstandart nasional yaitu SMPN 1 Srengat. Dalam pendidikan menengahnya, Ving (panggilan akrab teman-teman kuliah) melanjutkan di salah satu SMA negeri di Kabupaten Blitar yaitu SMAN 1 Ponggok dengan program IPS. Vienk kini adalah mahasiswa jurusan sejarah di Universitas Negeri Malang. Saat ini ia tengah menyelesaiakan program sarjananya di UM.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SIB: Masa Kepemimpinan Raffles

31 Mei 2011   12:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 2558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alfian Dwi Cahyo1



  1. Biografi Raffles


Thomas Stamford Raffles adalah seorang yang kurang mempunyai karakter hebat, tapi cukup bijaksana untuk lebih memelih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan material sesaat (Vlekke, 2008). Bernama lengkap Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli 1781 berkewarganegaraan Inggris. Ia adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang terbesar. Ia juga dikatakan pendiri kota dan Negara kota Singapura. Ayahnya adalah seorang kapten bernama Benjamin Raffles dan Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat terhimpit krisis ekonomi dan terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia mengakibatkan ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu juga ia mulai bekerja sebagai pegawai di London untuk perusahan Hindia Timur Britania yang banyak berperan dalam penaklukan Inggris di luar Negeri (id.wikipedia.org) dan diangkat ke posisi agen perusahaan di Pulau Penang pada 1805. Di sini dia memulai studinya atas bahasa, adat istiadat, dan sejarah Melayu. Bermula menjadi palayan humaniter utama kemudian menciptakan lewat tulisannya, suatu legenda histori mengenai administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi yang berani sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu pendirian Singapura.

Dia menulis begitu baik dalam bentuk yang sangat menarik, sehingga selama seabad setelah kematiannya orang menilai Raffles lebih berdasarkan kata-katanya dari pada perbuatannya. Dari sinilah ia dinilai lebih unggul dari pada para pendahulu-pendahulunya dalam administrasi kolonial. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut, membuat Raffles orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto untuk Indonesia. Kala waktu itu untuk menyerang dan menghancurkan kekuatan Belanda di Indonesia (Vlekke, 2008).

Keberhasilan Inggris dalam ekspansinya ini membawa nama Raffles menjadi semakin dikenal dan yang tidak kalah pentingnya adalah melejitnya karir Raffles yang semakin tinggi di usianya yang masih muda. Itu disebabkan karena pemerintah Inggris mempercayakan semua kendali di nusantara kepadanya. Sehingga di tunjuklah Raffles sebagai Letnan Gubernur oleh Lord Minto sebelum kembali ke Kalkuta (Vlekke, 2008). Dia menjadi Jenderal Gubernur di Jawa pada tahun 1811-1816. Selama di Jawa dalam menjalankan tugasnya, nampaknya Raffles juga memiliki keterkaitan erat dengan orang Jawa, bahkan ia lebih suka dengan orang Jawa dari pada dengan orang Belanda. Sebab orang Jawa tidak memiliki sifat amuk (chaos). Selain itu Raffles juga menyimpan besar perhatiannya pada budaya dan sastra Jawa, karena ketertarikanya tersebut ia mengembangkan Museum Ethnografi Batavia, yang sampai saat ini masih berdiri megah. Sebelumnya Belanda telah mendirikan lembaga kebudayaan yang bernama Koninklijk Bataviaasch Genootschap. Lembaga ini yang memelopori pendirian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (1778) dan Museum Gajah (1862) yang kesemuanya berada di Jakarta. Pada 1814, Thomas Stamford Raffles mendengar berita adanya penemuan benda purbakala di sekitar Magelang, Jawa Tengah. Raffles kemudian mengutus H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. Ia memerintahkan agar “bukit ilalang” itu dibersihkan, sehingga tampaklah sebuah candi raksasa yang dipenuhi patung Buddha Mahayana. orang. Raffles juga bercerita tentang keberadaan Candi Penataran yang berlokasi di sebelah utara Blitar (Jawa Timur). Raffles menemukan candi ini pada 1815 bersama seorang naturalis dan ahli kedokteran berkebangsaan Amerika, ialah Thomas Walker Horsfield. Raffles kembali ke London (1815) karena mengidap penyakit tropis yang cukup parah, serta kesedihannya yang sangat dalam atas meninggalnya istrinya pada 26 November 1814 karena penyakit malaria (Raffles, 2008) dan dimakamkan di Batavia tepatnya yang sekarang menjadi Museum Prasasti. Di kebun raya Bogor juga dibangun monument peringatan untuk mengenang kematian sang isteri (id.wikipedia.org).

Pada tahun 1818, Thomas Stamford Raffles kembali ke timur dan di promosikan menjadi gubernur Bengkulu. Disana banyak yang telah dilakukan yaitu mengagas proyek benama Singapore, mendirikan benteng, dan Ia juga dikenal sebagai pecinta lingkungan yang penuh gairah di bidang boilogi. Banyak sederetan nama binatang dan tumbuhan telah dinamai dengan menggunakan namanya (Raffles, 2008). Salah satu tumbuhan yang paling terkenal adalah benama Rafflesia Arnoldii, sejenis tumbuhan parasit di pohon Palem, merupakan hasil penemuan Raffles di sekitar Bengkulu (Sumatra). Tanaman ini merupakan endemic di Asia Tenggara dan memiliki kelopak bunga terbesar serta paling spektakuler di dunia. Sekembalinya ke London Thomas Stamford Raffles mendirikan London Zoo dan Zoological Society of London yang sampai saat ini masih terkenal. Ia pun menjadi presiden pertama dalam lembaga ilmiah ini. Dari sinilah Raffles menghabiskan masa hidupnya yaitu di Kota dan Negara asalnya. Seorang anak yang tengah menjelma menjadi seorang figure dan menjadi seorang tokoh cerdas, bijaksana serta peduli terhadap sesama telah menyatu semua dalam diri raffles. Menurut catatan Sophia Malkasian, mahasiswa pascasarjana pada Southeast Asia Studies Program, Ohio University, Amerika Serikat mengatakan Raffles dianggap sebagai salah seorang pelopor kajian Jawa, serta bukunya menjadi sumber gagasan Barat mengenai daerah tersebut, dan sebagai titik awal pengkajian wilayah Timur.

Perjuangan telah dilakukan demi keluarga dan negaranya mulai dari masa remaja hingga menutup mata. Banyak sumber yang mengatakan bahwa Thomas Stamford Raffles meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45 (5 July 1826), atau hanya dua tahun sekembalinya dari Hindia-Timur, karena menderita apoplexy atau Stroke (Raffles, 2008). Karena pendirianya yang menentang perbudakan, keluarganya tidak diizinkan mengebumikannya di halaman gereja setempat (St.Mary’s, Hendon). Larangan ini dikeluarkan pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan dari perdagangan budak. Ketika gereja itu diperluas pada 1920-an, kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya (id.wikipedia.org).



  1. Masa Kepemimpinan Raffles di Nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun