"Pengelolahan Limbah Ternak Potong dan Dipasarkan Kepada Kelompok Tani"
Pengolahan limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Limbah ternak (kotoran ternak) dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah dan bermanfaat untuk pertanian. Limbah ternak dibedakan menjadi dua yaitu limbah padat dan cair. Limbah padat (feses) dimanfaatkan menjadi pupuk kompos dan limbah cair urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Menurut Hadisuwito (2007), pupuk kandang cair merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.
Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi mengandung unsur mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik, sifat kimia maupun sifat biologi tanah, mencegah erosi dan mengurangi terjadinya keretakan tanah (Sutanto, 2002). Menurut Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%, karena itu kandungan nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat sehingga mampu mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat.
Dalam era globalisasi sekarang ini setiap perusahaan atau organisasi harus mempunyai kebijakan atau strategi untuk dapat memajukan usaha tersebut. Perusahaan agribisnis sangat berpotensi dalam masa sekarang ini, perusahaan agribisnis dapat melibatkan sektor pertanian dalam arti luas termasuk didalamnya peternakan dan perikanan. Untuk jelasnya perusahaan agribisnis adalah perusahaan yang kegiatannya bersifat komersil dan selalu melibatkan sektor pertanian dalam arti luas, dengan tujuan untuk meraih keuntungan yang ekonomis. Populasi ternak di Indonesia setiap tahun terus bertambah sejalan dengan meningkatnya permintaan produk-produk hewani, seperti daging, susu, dan telur.
Untuk mencukupi hal tersebut, usaha sektor peternakan perlu peningkatan yang efisien guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemilihan bibit ternak dari segi usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sedangkan dari segi pemeliharaan sendiri, tujuan ternak sapi potong dikenal yaitu usaha pemeliharaan sapi potong bibit yang bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong dan keuntungan yang diharapkan adalah hasil keturunannya.
Potensi limbah yang dihasilkan
 1. Limbah dikelola dengan cara yang tepat
Lebih jauh dijelaskan pembagian limbah ternak menurut Parakkasi dan Hardini (2018), di mana limbah terdiri atas:
- Manure/Kotoran TernakManure atau ekskreta adalah campuran antara feses (faeces), urin (urine), dan terkadang tercampur dengan bahan-bahan lain (seperti litter atau bedding atau material yang digunakan sebagai alas kandang) yang disengaja maupun tidak sengaja. Manure terdiri atas feses dan urin. Feses yang dihasilkan sapi dewasa bisa mencapai 20-25 kg/hari/ekor dan produksi urin 6-10 kg/hari/ ekor (Kemendikbud, 2017).
- Limbah Ternak yang Berasal dari Pemrosesan Hasil Ternak.Limbah ternak juga dapat berasal dari pemrosesan hasil ternak, yaitu setelah hewan dipelihara baik di dalam maupun di luar kandang menghasilkan produk peternakan yang bila diproses lebih lanjut akan menghasilkan limbah. Untuk peternakan sapi potong yang mana sapi potong di proses di Rumah Pemotongan Hewan(RPH), limbah yang dihasilkan dapat berupa manur, offal, isi rumen, darah, kulit, dan air pencucian
Limbah peternakan dan hasil ikutan pemotongan ternak saat sangat bernilai ekonomi tinggi jika dikelola secara terpadu oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan lembaga yang selalu melakukan aktif mengembangkan kemampuan. SDM berperan penting sebagai agent of change dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan peternakan terintegrasi, khususnya dalam hal pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan yang dimanfaatkan dengan benar akan mendatangkan nilai ekonomi sehingga berkontribusi bagi perekonomian perdesaan. Selain itu juga dapat menurunkan efek gas rumah kaca karena emisi gas metana yang berasal dari limbah peternakan dan pemotongagn ternak.
Peternakan terbukti berkontribusi pada pencemaran tanah dan air, yakni limbah peternakan menghasilkan emisi gas metan yang menyebabkan perubahan iklim. Fakta ini mendorong penerapan praktik peternakan terintegrasi yang dapat dikelola untuk menyuplai kebutuhan pangan dalam negeri dan sekaligus ramah lingkungan dengan dikelolanya limbah peternakan dengan baik dan bernilai ekonomi. Diperlukan adanya revitalisasi pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutannya yang ramah lingkungan dan berorientasi ekonomi dengan prinsip 3R, yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur-ulang). Selain itu, revitalisasi pemeliharaan dan penanganan limbah peternakan juga harus mengacu pada circular economy atau ekonomi siklus sebagai praktik bisnis yang menguntungkan dengan memanfaatkan limbah dan produk samping/hasil ikutan dari aktivitas peternakan.
2 Penanganan Limbah