----
Apa yang dinyanyikan tanpa nada sumbang?
Pastilah si tawa rindu.
Mak, bilang. Di sini saja dekat Balai Kota
Kota si Sinyo jauh.
Berdarah-darahlah kami berbaring mengeruk tanah dan sungai.
----
Nirmala bangun seperti hari-hari biasanya. Pergi mandi dan keluar untuk makan di warung nasi di samping kiri kosnya. Mula-mula digigitlah pepaya dalam tangan sambil membaca koran bau gorengan di tengah muda mudi yang makan dengan pasangan. Inilah dia, Nirmala namanya sudah 3,5 tahun berkuliah dan tahun depan tepat tahun ke- 4nya dia akan wisuda dan setelah itu pergi bekerja. Namun, dia masih ingin melanjutkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke Negeri Eropa seperti kawannya yang kaya dan pintar. Banyak mendengar para dosen dan kakak tingkatnya yang sudah lulus dahulu pergi melanjutkan pendidikan ke Negeri Eropa membuat semangatnya menyala seperti semangat juang tahun 45. Pepaya yang tadi diganti dengan nasi pulen dan ayam bakar penuh kecap dan sambal. Menu favoritnya yang belum tentu Emak masak di rumah.
Lembaran koran sudah dibaca penuh anggukan kepala kini beralih ke ponsel yang semula diletakkan di samping kiri piring nasi. Empat temannya pun muncul membawa piringan nasi pulen dengan lauk yang berbeda kemudian mereka duduk saling berhadapan kecuali si kacamata. Mereka makan dengan lahap dan dilanjutkan mengobrol satu dua hal yang membuka pikiran.
"Menyesal Aku lulus lebih dulu, sendirian ternyata dari grup kita." Pungkas Sandra dengan lesu.
"Suruh siapa cepat-cepat. Sudah dibilang 4 tahun saja, bedanya hanya setengah tahun. Memusingkan diri sendiri jadinya." Ujar Kayla.