Mohon tunggu...
anindira
anindira Mohon Tunggu... -

seperti kita semua. setiap pejuang adalah anak zaman, tetapi mereka menguak celah dinding sejarah tepat di saat mentari meninggi lalu peradapan menjadi lebih cerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keelokan Wanita di Hadapan Dunia

19 Oktober 2018   09:00 Diperbarui: 19 Oktober 2018   09:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wanita adalah racun dunia, karena dia dapat membutakan segalanya. Begitulah perumpamaan bagi seorang wanita yang kerap terdengar digendang telinga kita. Kira-kira begitulah penilaian kaum Adam sekarang terhadap wanita. Perspektif para lelaki selalu berpikir bahwa kaum wanita yang membuat mereka hancur, padahal tanpa mereka sadari iman siapa yang mudah terusik. Namun, wanita bisa menjadi madu yang manisnya tak terkalahkan oleh apapun. Seperti dalam Islam disebutkan bahwa "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". Dari kalimat ini sangat jelas sekali bahwa tidak semua wanita itu adalah racun, namun wanita merupakan perhiasan terindah. Di dunia ini tidak akan sepi dari wanita-wanita yang sinar keshalihah-annya menyinari lubuk hatinya. Gak cuma sebagai perhiasan dunia saja, wanita juga bisa sebagai tiang negara, penentu masa depan bangsa.

Dalam sebuah hadist Rosulullah saw menyatakan bahwa "Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya". Jujur saat mendengar kalimat itu, batin ini seakan menjerit menyadari bahwa tugas kita sebagai wanita ternyata juga tidak ringan. Negara menjadi taruhannya. Sebab dari para wanita inilah akan lahir para pemimpin dan penerus bangsa di masa yang akan datang. Nasib bangsa ini tidak semata bergantung pada seperti apa pemimpin atau penguasa negaranya, tetapi lebih pada bagaimana keadaan kaum wanitanya. Jika nabi memberikan perumpamaan wanita sebagai tiang lo ya bukan pintu atau yang lainnya, berarti keberadaan wanita sangat di harapkan. Bayangkan saja jika sebuah rumah tanpa ada tiang pasti gak bakal bisa berdiri dengan kokoh. Begitu pula sebuah negara, tanpa ada wanita berarti robohlah negara tersebut.

Namun, kenyataannya sekarang apakah keberadaan wanita mampu menjadi pencetak generasi penerus bangsa?

Zaman berganti seiring berjalannya waktu, begitu juga keberadaan wanita silih berganti peran. Bukan hanya menjadi seorang pendidik bagi penerus bangsa tetapi sebagai aset negara yang perlu dieksplotasi juga. Maksudnya diekspoitasi apaan ya? Jadi guys, banyak sekali ajang pencarian bakat  yang di khususkan bagi wanita,seperti halnya Indonesia Girls 2018 yang sempat dilaksanakan mulai Mei kemarin guna menampilkan bakat-bakat wanita di hadapan publik. Ada pula tiap tahunnya ajang Miss Indonesia atau pun Miss Univers, menampilkan keelokan wanita di atas catwalk. Hingga memperkerjakan wanita dalam segala bidang sektor, sampai-sampai ada pula wanita yang menjadi sopir bus. Miris guys lihat wanita-wanita di zaman kapitalis ini. Kenapa? Sebab, wanita diekploitasi supaya negara mendapatkan tambahan keuntungan. Karena kalo yang kerja cuma pria aja, negara gak akan maju-maju, katanya sih gitu. Makanya perlu adanya kontribusi wanita untuk membantu penambahan penghasilan.

Hal macam ini guys menimbulkan wanita-wanita tidak mau hanya berdiam diri saja di rumah, mereka pasti menginginkan adanya karier dalam hidupnya, berpenghasilan sendiri dan bisa melakukan banyak hal sendiri. Kalo ibu-ibu kita kayak gitu, terus siapa yang akan mengurusi keluarganya? So pasti gak ada, runtuh sudah pondasi dalam keluarga. Menjadikan anak seenaknya mengitu zaman yang tambah edan ini, tanpa adanya pengawasan dan didikan dari seorang ibu, karena pastinya si bapak kan emang tugasnya mencari nafkah jadi gak sepenuhnya bisa di rumah. Dari runtuhnya pondasi dalam keluarga akan merembet kepada runtuhnya pondasi sebuah negara, sebab generasi yang di hasilkan tak mampu mengambil tongkat estafet dalam kepemimpinan, menjadi generasi yang maunya instan dan gak mau kerja keras. Apakah itu yang di inginkan bangsa ini? Tentunya tidak kan?

Dari sini, pasti ada yang berpikiran masa wanita tempatnya hanya di rumah, ngurusin anak, ngurusin suami? Gak keren amat sih jadi wanita...... Tapi, tunggu dulu... karena kita belum tau kalo sebenarnya wanita itu bisa jadi WOW di mata dunia. Yakni, wanita bisa menjadi muslimah negarawan, seperti apa sih.... yuk kita simak dulu.

Pertama, "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan berbicaralah seperti orator (HOS tjokroaminoto)"  perkataan tersebut benar sekali karena dengan dua hal itu, kita mampu menggerakkan masyarakat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tentunya kita menginginkan sesuatu yang berdampak positif bagi kehidupan bukan sebaliknya. Lalu, apa hubungannya dengan wanita? Zaman di era kapitalis ini sangat membutuhkan seorang pemimpin besar. Era yang banyak sekali dampak buruk dan sering kali dianggap sebagai ancaman, ternyata juga memberikan ruang bagi kaum wanita untuk menggerakkan opini dan karya-karyanya untuk melintasi cakrawala. Disinilah wanita memulai peran sebagai pemimpin muslimah yang bertaqwa. Menjadi wanita penggerak opini sangatlah berpeluang besar bagi kaum hawa, walaupun tidak dapat menjadi seorang pemimpin secara langsung guys. Tentunya menggerakkan opini yang sesuai ajaran-ajaran islam karena kita menjalankan hidup ini so pasti menginginkan perubahan menuju penghidupan yang lebih baik.

Kedua, wanita sebagai intelektual peradapan. Menjadi negarawan akan mencegah seorang muslimah dari belenggu sekulerisme pendidikan yang memaksa wanita berpikir kebidangan, tidak berminat pada politik dan terpisan dari masyarakat. Maka dari itu hendaknya seorang wanita muslimah memiliki cita-cita untuk menempatkan diri dalam mendalami ajaran islam, sebagai ilmu terpenting untuk bertanggung jawab terhadap umat. Bagaimana caranya? Membentuk mindset dan mentalitas luhur pada setiap manusia yang bersungguh-sungguh untuk mempelajari islam. Mengajak kaum muslim untuk terus menuntut ilmu dan berpegang teguh dalam ajaran islam serta melakukan pengkajian dengan serius dan terstruktur. Karena hal ini akan menjadi pencerahan di tengan arus pengerdilan pengetahuan islam dibawah belenggu kapital dan pasar yang telah mengantar para ilmuwan dan pemilik ilmu ke posisi yang paling rendah sekedar menjadi sekrup kapitalisme. Dengan demikian, wanita juga mampu menjadi intelektual di tengah-tengan masyarakat dengan berpedoman pada ajaran islam.

Ketiga, menjadi ibu generasi penakluk. Di era kapitalis ini pula banyak wanita yang lepas dari tugasnya sebagai pencetak generasi penaklum, sehingga banyak dari generasi sekarang ini yang tidak mau peduli dengan masa depan bangsa kita ini. Maka, diperlukan lah wanita di sini sebagain pendidik supaya dapat mencetak generasi pembawa masa depan bangsa, yang siap menghadapi berbagai rintangan kejamnya dunia sekulerisme ini. Seperti yang kedua, hendaknya wanita memiliki tingkat intelektual yang tinggi, sehingga mampu mencetak generasi yang tangguh dan berpegang teguh terhadap ajaran islam supaya mampu menjadi generasi penakluk. Karena menaklukkan dunia harus dengan didikan yang serius dan pendidiknya juga harus memiliki tingkat keilmuan yang tinggi. Mulai dari mengenali medan yang tengah di hadapi sekarang sampai tau seluk beluk mengenai geospasial wilayah yang akan di taklukkan.

Dari sini, temen-temen udah paham kan, bahwa wanita adalah aset negara terbesar untuk masa depan bangsa. Jika wanita terus dieksploitasi untuk meraup keuntungan kapitalis, mau di bawa kemana generasi kita nanti, dan pastinya menjadi generasi yang bobrok. Maka, berbanggalah jadi wanita  karena dengan menjadi seorang wanita juga bisa tampil di hadapan dunia tanpa melalaikan tugas utamanya serta dengan penjagaan yang baik pula. Tampil di hadapan dunia dengan keanggunannya dalam menjaga kehormatan serta kemulyaan seorang wanita.

#savewoman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun