Di tulisan berikut, saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang sudah ada dalam benak pembaca belasan atau bahkan puluhan tahun silam. Pertanyaan belum terjawab paling berpengaruh dalam hidup saya sendiri. Beberapa filsuf teknologi bahkan menyebut ini adalah pertanyaan terpenting di abad silam. Apakah meniup kaset Nintendo menolongnya?
[caption id="attachment_317548" align="aligncenter" width="300" caption="glitch di mario bros"][/caption]
Pernah dong, lagi asyik main Mario Bros tiba-tiba hal di atas terjadi? Glitch, sebutannya kini. Dulu, “error kasetnya nih Sobirin.” Lalu apa yang kita lakukan? Mengeluarkannya, meniupnya dengan (harus) satu hembusan nafas, memasukannya kembali ke konsol Nintendo, terkadang dengan rapalan. Tidak berhasil? Dilakukan lima sampai sepuluh kali lagi sampai berhasil atau terpaksa ganti kaset.
Nintendo, kala itu menjadi satu-satunya gadget yang saya punyai, selain pianika. Satu saja hampir bikin gagal kelas. Tapi bukan hanya jaman Nintendo (NES), ketika SEGA, Super Nintendo (SNES) muncul sampai ke NES64 ritual ini tidak pernah hilang. Bahkan sampai sekarang saya masih sering lihat orang meniup cakram Bluray. Terpaksa dibilang ritual, karena walaupun terkadang berhasil sering juga tidak berhasil, dan tidak ada yang dapat memberikan penjelasan ilmiah hasil dari percobaan-percobaan empiris.
Penasaran, saya coba keliling mayantara ditemani kuncen Google. Ternyata tidak mudah. Sama sulitnya dengan mencari artikel konsol jaman 80-90an di Kompasiana.
Jadi, para ahli berpendapat bahwa meniup kaset Nintendo (atau konsol lainnya) tidak membantu membenarkan glitch, malahan dalam jangka panjang dapat memperparah. Karena dapat menyebabkan korosi dan patina pada tembaga di pin kaset.
Coba saya elaborasikan. Tiupan kita tidak hanya mengandung angin (yang lembab, apalagi di tropis) tapi juga ludah. Cipratan ludah ini mengandung ribuan bakteri dan tentunya ludah itu sendiri. Yang mengandung air. Air lalu menempel di pin tembaga. Air nempel di pin tembaga (sengaja diulang). Jangankan air, tembaga yang terlalu lama terekspos di udara terbuka saja bisa menyebabkan patina. Patina dan korosi inilah yang akan menyebabkan kaset kita betul-betul selesai masa tugasnya. Sehingga untuk menghemat di kemudian hari, kita lebih gemar membeli kaset gim 10 inwan, atau bahkan 1111 inwan.
Saya yakin para pembaca semua masih perjaka ketika itu, demikian juga saya. Sayangnya di ritual yang ini, kepolosan hati (dan pengalaman sexual) tidak berpengaruh.
Ritual ini terkadang berhasil bukan disebabkan oleh proses meniup. Debu yang dalam imajinasi kita ada dan menempel di pin kaset, besar kemungkinannya sudah terbang dengan sendirinya tanpa ditiup. Justru menambahkan lembab dan air membuatnya jadi menempel. Ritual ini terkadang berhasil ternyata karena perilaku menyopot kaset lalu memasukannya lagi secara berulang-ulang kali.Perilaku ini menimbulkan kesempatan baru secara acak akan terjadinya hubungan yang lebih baik antar kaset dan konsol. Weleh, tuh seandainya dulu kita sudah tidak perjaka, pasti bisa mengambil pelajaran dari hubungan sexual lalu diaplikasikan ke kesayangan kita ini.
Michio Kaku dan Einstein memang benar. Jawaban pertanyaan-pertanyaan sulit di dunia ini harus dapat disederhanakan. Seperti halnya E=MC2 dan Teori Dawai, jawaban dari pertanyaan ini juga dapat kita sederhanakan lagi.
T.I.D.A.K.
Etapi, sebuah jawaban yang baik juga harus dapat menelurkan sebuah pertanyaan yang baru lagi. Pertanyaan yang bisa jadi baru terjawab di generasi yang akan datang. Sebelumnya saya akan bercerita sedikit.
Sebagai anak yang religius, saya selalu mendahului aksi tiup kaset Nintendo dengan berdoa kepada Tuhan Yesus agar sekiranya Ia mau memberkati tiupan saya ini untuk menyembuhkan si kaset. Cerita selesai.
Jadi akhir kata, pertanyaan besar berikutnya adalah: Apakah meniup kaset Nintendo dapat menolongnya jika disertai dengan doa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H