Masyarakat Baduy Dalam yang tinggal di pedalaman hutan Kabupaten Banten punya kehidupan primitif yang menarik. Kedisiplinan mereka dalam mematuhi aturan kuno terbukti berhasil menjaga kelestarian alam. Berbeda sekali dengan manusia modern yang pandai menciptakan aturan-aturan baru namun nyatanya justru membuat alam menuju kehancurannya.
Hari minggu, tanggal tujuh belas September kemarin, anak pertama saya yang bernama Alyssa membaca sebuah buku berjudul 'Suku Baduy' yang dikarang oleh Tuti Adhayati.Â
Merasa tertarik dengan kehidupan unik Suku Baduy, Alyssa lantas mempelajari lebih mendalam melalui kanal youtube. Dua hari berturut-turut dia menonton video tentang Suku yang masih sangat menjaga kelestarian alam ini.
Melalui video dokumenter di youtube, dia mengamati bagaimana kondisi sungai, aktivitas keseharian anak-anak di sana , tempat mandi, pakaian, perayaan pernikahan, dan  buah lerak yang difungsikan sebagai deterjen oleh masyarakat Baduy. Dia sungguh takjub pada kehidupan yang sangat berbeda dengan yang dilakoninya selama ini.
Beberapa kali Alyssa melayangkan pertanyaan-pertanyaan terkait suku yang kini dijadikan objek wisata tersebut. Karena tidak banyak tahu tentang suku Baduy, terpaksa saya ikutan nonton dan ternyata memang benar-benar menarik.
Ada hal yang sangat menggelitik nurani saya, yaitu tentang keteguhan mereka dalam mempertahankan kelestarian alam. Mereka menolak menggunakan barang yang berasal dari plastik karena dinilai dapat mencemari lingkungan. Sebagai gantinya, seluruh perabot Suku Baduy Dalam berbahan bambu dan tanah liat. Kedua bahan ini dinilai lebih ramah lingkungan.
Suku Baduy dalam juga tidak mengizinkan penggunaan detergen dan sabun. Rupanya, aturan ini dibuat karena tidak ingin mencemari sungai yang dipakai untuk pusat aktivitas membersihkan diri.Â
Sungai-sungai ini mengalir ke luar desa sehingga pencemaran sungai di kawasan Baduy Dalam akan berakibat buruk pada masyarakat di luar Baduy yang juga menggunakan aliran sungai yang sama.
Sampai disini saya takjub pada kepedulian masyarakat Baduy, bukan hanya pada lingkungan tempat tinggalnya semata namun juga untuk masyarakat lain. Sebuah sikap yang belum tentu dimiliki oleh manusia-manusia modern yang katanya mengenyam pendidikan tinggi dan mengklaim dirinya beradab.