Mohon tunggu...
Via Ari Melani
Via Ari Melani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama ini saya ingin membahagiakan kedua orangtua saya, ingin menghajikan mereka,,,Amin

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Miskin Kok Punya Mobil Banyak?

31 Desember 2012   08:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat-sahabat kompasiana pasti tercengang dengan pertanyaan yang satu ini. Sudah tidak hal yang tabu lagi sahabat-sabahatku. Hal ini terjadi di negara tercinta kita ini. Kenapa bisa demikian? Ya...negara yang disebut-sebut sebagai negara berkembang ini malah justru menjadi negara yang dilihat sebagai negara kaya raya. Betapa tidak, setiap hari lalu lalang kendaraan bermotor terurtama mobil memadati jalan raya, parkiran, dsb. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi realitas di negara Indonesia ini yang notabennya menjadi salah satu negara miskin di dunia. Kondisi ini diperparah dengan semakin meningkatnya ide para pengusaha perumahan mendesain model bentuk rumah yang terdapat bagasi mobilnya, nah secara tidak sadar sang pemilik rumah pun lama kelamaan bakalan beli mobil untuk mengisi bagasi tersebut.

Tuntutan demi tuntutan yang menjadikan pola pikir masyarakat Indonesia ini serasa ditimang-timang di atas api yang menyala-nyala. Di satu ini sebagai negara yang berkembang seharusnya tidak menunjukkan pola konsumtif bangsa ini. Apa yang terjadi saat ini? Di Yogyakarta saja yang dulu masih jarang dengan kendaraan beroda empat dan sejenisnya jarang ditemui tetapi pada kenyataan sekarang ini hampir sepanjang jalan raya dipenuhi dengan kendaraan yang memanjakan orang yang menaikinya ini. Terlebih lagi bila yang mengendarai masing-masing kendaraan jenis roda empat ini hanya satu orang dan antrian sungguh panjang. Wah...Yogya saja sudah mengalami banyak peningkatan drastis dalam hal komsumsi kendaraan roda empat dan sejenisnya. Bagaimana dengan kondisi di Ibukota Jakarta ya? Pasti padatnya minta ampun. Mau menghirup udara bebas aja harus bayar mahal-mahal untuk ke luar kota.

Fasilitas yang disuguhkan di dalamnya membuat masyarakat lebih nyaman menggunakan kendaraan roda empat ini. Jika mobil dilengkapi dengan AC, fullmusic pasti suasana seperti di dalam kamar tidur pribadi. Memang tragis bila teringat dengan kasus BLT alias bantuan langsung tunai (ada juga yang menyebut Bantuan Langsung Tewas. Saking gregetnya dengan keputusan pemerintah pusat dalam menyeleksi masyarakat miskin di Indonesia yang dirasa kuang tepat)yang beberapa waktu lalu menjadi salah satu kebijakan pemerintah Indonesia untuk membantu rakyat miskin di Indonesia. Beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang rela mengantre kepanasan hingga tewas demi uang tunai tiga ratus ribu rupiah yang tentu tidak sebanding dengan kondisi sebenarnya kekurangan dalam mencukupi hidup sehari-hari masyarakat miskin di Indonesia. Konon kabarbnya ada orang kaya yang sudah bertitle Haji rela mengantre antrian BLT(Bantuan Langsung Tunai) yang tentunya mustahil dan kurang pas bila bantuan tersebut diberikan kepada orang kaya.

Masih banyak rakyat miskin di negara ini yang menjadi pusat perhatian para orang yang mampu untuk memberikan bantuan bukan malah semakin menjerumuskan dan memperburuk status rakyat miskin di negeri ini. Saya sendiri telah merasakan betapa ngerinya antre hingga berjam-jam demi mendapatkan uang yang tidak seberapa. Beberapa waktu yang lalu saya dan teman-teman mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta saling antre Beasiswa miskin di UIN Suka. Nah, mentang-mentang labelnya Beasiswa miskin terus pelayanan dari karyawan main enaknya sendiri. Teman saya yang sudah ngantre berjam-jam lamanya belum dapat giliran untuk mengambil buku tabungan dengan alasan ada teman yang menyelipkan KTM (kartu tanda mahasiswa) hingga akhirnya petugas kesulitan untuk membedakan mana yang sudah lama mengantre dan mana yang baru mengantre. Entahlah. Tapi penggambaran sekelumit di negeri ini telah menggambarkan adanya ketidakadilan dalam menjalankan kehidupan berbagsa dan bernegara bahwa semua manusia itu sama di hadapan hukum.

Lagi, lagi, dan lagi hukumyang dibuat manusia tentu tidak akan sempurna. Kondisi negara Indonesia ini diperparah dengan kondisi masyarakatnya gampang terayu dan mudah percaya dengan kualitas barang atau apapun yang dari luar negeri termasuk mobil itu sendiri. Tak bisa dipungkiri sekarang di Indonesia suhu udaranya semakin meningkat padahal di negara Indonesia masih terdapat banyak hutan. Untuk solusi selanjutnya lebih baik naik sepeda aja kalau ke mana-mana, selain hemat dapat mengurangi pemanasan global.Amankan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun