Mohon tunggu...
vhalespi
vhalespi Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis dan wiraswasta

penulis, hobi membaca, menulis dan sejumlah hobi di banyak minat dan bidang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Sundri, Istri Guru Sikh Kesepuluh yang Berjuang bersama Suaminya

30 Mei 2023   02:02 Diperbarui: 30 Mei 2023   02:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sikh_symbol.jpg

Mata Sundri

Mata Sundri atau Mata Sundari adalah istri guru Sikh kesepuluh Guru Gobind Singh ji. Sebelum menikah dia dipanggil Mata Jito ji yang lahir di Punjab. Mereka menikah tahun 1684 dan memiliki empat putra. Dia membesarkan mereka dengan kisah kemartiran mertuanya, Guru Tegh Bahadur ji dan kakek buyut mereka, Guru Arjan Dev ji dan bahwa kaum Sikh tidak lari dari medan perang. Mereka wafat sebagai martir setelah ditangkap musuh dan menolak pindah agama.

Saat terjadi pengepungan oleh pasukan Mughal dan Hindu, Guru meninggalkan Anandpur bersama pengikutnya setelah janji tidak akan diserang oleh pihak lawan. Namun karena badai dan serangan pasukan Mughal, mereka terpisah dari Mata Sundri ji yang pergi ke Delhi di bulan Desember 1705 dan bergabung kembali dengan Guru tahun 1706. Dia mengadopsi anak laki-laki yang dinamai Ajit Singh sebagai kenangan atas putranya yang wafat, Sahibzada Ajit Singh ji. Guru Gobind Singh wafat tahun 1708 dan Mata Sundri dimintai bimbingan oleh penganut Sikh.

Mata Sundri menunjuk Bhai Mani Singh ji mengatur tempat suci di Amritsar dan mengumpulkan tulisan mendiang suaminya. Ketika putra adopsinya, Ajit Singh diterima kaisar Mughal, dia menjadi sombong dan tidak diakui oleh Mata Sundri yang pindah ke Mathura. Setelah Ajit Singh dieksekusi atas kejahatannya di tahun 1725, dia kembali ke Delhi dan wafat di sana tahun 1747.

Sumber: https://www.sikhiwiki.org/index.php/Mata_Sundari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun