Mohon tunggu...
vhalespi
vhalespi Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis dan wiraswasta

penulis, hobi membaca, menulis dan sejumlah hobi di banyak minat dan bidang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Butet Manurung, wanita pendiri Sokola Rimba

6 Mei 2023   04:00 Diperbarui: 6 Mei 2023   05:38 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://kuyou.id/homepage/read/30086/biodata-dan-profil-saur-marlina-aka-butet-manurung-umur-agama-dan-karier-terpilih-jadi-role-model-barbie-dari-indonesia

Butet Manurung

        Awalnya sebagai orang yang tinggal di kota, Butet (21 Februari 1972) tidak langsung berkarya di bidang yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat terpencil. Kecintaannya pada alam dan masyarakat yang tinggal di pedalaman tumbuh perlahan-lahan.

        Setelah lulus dari Universitas Padjajaran jurusan Antropologi dan Sastra Indonesia, Butet bekerja sebagai pemandu wisata di Taman Nasional Ujung Kulon. Karena merasa tidak cocok dan jenuh, dia mengambil lowongan sebagai fasilitator pengajar di pedalaman bagi suku Jambi Orang Rimba, Jambi dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi), LSM yang berkonsentrasi terhadap isu konservasi hutan di Sumatra.

        Butet bergabung dengan Warsi tahun 1999 yang saat itu sudah punya program pendidikan alternatif untuk Orang Rimba yang dirintis Yusak Adrian Panca Pangeran Hutapea. Saat Yusak memulai gerakannya di pertengahan 1998, dia menghadapi penolakan namun akhirnya berhasil mendekati dan mengajar Orang Rimba. Sekitar Maret 1999 Yusak meninggal karena malaria. Butet diminta menggantikan Yusak dan mulanya hanya punya murid 3 orang dan menghadapi penolakan dari suku pedalaman. Namun akhirnya makin banyak yang berminat belajar membaca, menulis dan berhitung.

        Selama menjadi guru rimba, sekolah berkembang ke wilayah lain di Taman Nasional Bukit Duabelas. Para kader Warsi, yaitu murid-murid yang sudah mampu membaca, menulis dan berhitung membantu membuka akses ke wilayah lain yang belum mengenal pendidikan. Butet mencoba mengembangkan metode pengajaran dengan belajar sambil bermain sesuai adat budaya dan cara hidup Orang Rimba.

        Setelah 4 tahun menjadi guru rimba, Butet mengundurkan diri dari Warsi tahun 2003. Dia dan rekan-rekannya mendirikan lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pendidikan untuk suku terasing. Butet bersama lima rekannya mendirikan Sokola Rimba pada 2003 dengan slogan "Pendidikan untuk masyarakat adat." Sokola Rimba pertama berlokasi di pedalaman hutan tropis Jambi yang memberi pendidikan untuk suku Anak Dalam.

        Sukses dengan Sokola Rimba di Jambi, Butet membuka sekolah untuk suku-suku terasing lain di Indonesia, seperti di Pulau Besar, Sikka, NTT, suku Asmat di Papua, dan suku Kajang di Sulawesi Selatan. Dia juga  mengembangkan Yayasan Sokola yang didirikan untuk komunitas adat lain di Indonesia yang belum mendapat akses pendidikan. Butet juga memberikan advokasi dan ingin agar masyarakat adat bisa mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri.

        Atas jasanya bersama rekan-rekannya memajukan pendidikan masyarakat adat, mereka mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain Man and Biosphere Award LIPI dan UNESCO Indonesia, dan Woman of Letters' as one of TIME magazine's Heroes of Asia.

Sumber Internet: https://blog.kitabisa.com/butet-manurung-rela-hidup-di-tengah-hutan-untuk-anak-rimba/, https://id.wikipedia.org/wiki/Butet_Manurung, https://blog.kitabisa.com/butet-manurung-rela-hidup-di-tengah-hutan-untuk-anak-rimba/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun