Mohon tunggu...
nova lestari
nova lestari Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang manusia yang hanya ingin terus belajar. sampai saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Efek Pilpres dan Persatuan Indonesia

2 Juli 2014   11:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Hujatan para pendukung capres-cawapres di facebook dan twitter sudah mencapai sekitar 7 juta percakapan terungkap sejak bulan Mei hingga Juni.” data ini di dapat dari hasil penelusuran Nonston-online.com

Bergejolaknya dukungan untuk masing masing pendukung calon presiden periode 2014-2019 benar benar terasa. Tidak hanya di kalangan elit politik atau kalangan tim sukses masing masing calon. akan tetapi di kalangan masyarakat umum tampak begitu panas. Hal ini bisa dengan mudah tercium saat membuka lembaran facebook, twitter dan media sosial lainya. Masing masing pendukung, simpatisan memberikan komentar dengan berbagai macam gaya bahasa dan tentunya bermacam macam bahasan dan sudut pandang.Bagi saya kabar baiknya adalah fenome ini menunjukan betapa masyarakat Indonesia saat inimulai melek politik.

Namun di lain pihak, fenomena di media sosial tentang berbagai macam komen dan update status tentang calon presiden unggulan tersebut sering kali bernada sumbang, mengapa demikian?hal ini tidak lepas dari salah satu usaha untuk mempengaruhi pilihan masyarakat. Dengan menyebar isu yang berbau SARA, Korupsi, dan beberapa berita lainya seputar capres-cawapres di harapkan dapat meningkatkan elektabilitas masing masing calon. sayang sekali aksi kampanye kedua capres- cawapres ini sarat dengan kampanye hitam yaitu aksi saling menebar berita bohong atau yang di sebut dengan fitnah, atau dengan kampanye negative yang merupakan aksi saling mencaci dan mencongkel keburukan. sehingga berbagai artikel, berita, dan video yang negative tentang kedua kandidat presiden di share di akun sosial, fb, twitter, youtube.

saya mencoba melakukan survey kecil terhadap statusyang bebau politik di akun sosial saya, ternyata 8 dari 10 status berbicara masalah kejelekan, kritikan dan sindiran, beberapa dari mereka menyampaikan kritikan dengan bahasa yang kasar, menertawai dan mengepost tulisan tulisan atau video-vidio yang berbau negative terhadap calon presiden yang tidak didukungnya.

Aktifitas di sosial media tersebut juga termasuk me like dan mengomentari postingan yang berjalan di beranda. Hujatan masyarakat di medsos terhadap capres yang tidak didukungnya sudah pasti akan mengundang pendukung lain untuk membalas dan mengomentari, atau sebaliknya berusaha membantah dengan meshare berita yang berbau negative. aktifitas ini menggambarkan betapa mudahnya memperngaruhi dan menyulut emosi masyarakat, sehingga perang antar pendukung di media sosialpun tak terelakan lagi. Aktifitas di akun sosial ini tentunya tidak bisa di cegah oleh KPU di sebabkan media sosial bukanlah bagian yang bisa di atur, keterangan ini disampaikan oleh komisioner KPU Arief budiman, sebagaimana yang di lansir oleh nontstop-online.com tanggal 6/6 2014.

Aktifitas di media sosial ini mungkin terlihat sepele karena toh hanya terjadi didunia maya. akan tetapi hal ini bisa berdampak dalam kehidupan nyata, tidak tertutup kemungkinan menimbulkan efek sosial yang lebih besar pada persatuan bangsa jika di biarkan.

Pilpress untuk (Si)Apa?

Pesta demokrasi pemilihan presiden dan wapres masa jabatan lima tahun kedepan sejatinya adalah untuk membangun dan melanjutkan visi misi bangsa Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. Oleh sebab itulah hadirnya dua kandidat yang saat ini mengusung beberapa visi dan misi terbaik mereka untuk INDONESIA.

Jika fenomena pilpres yang sacral ini kental dengan ketidak adilan, kecurangan dan aksi saling menghujat, akankah presiden yang terpilih mampu membawa kedamaian pasca pemilu? saya kira ini adalah pertanyaan substansial yang kiranya perlu kita tanyakan kedalam hati masing masing, memilih presiden untuk siapa dan untuk apa? alih alih menjadikan bangsa Indonesia lebih dewasa dan cerdas, sikap emosional yang di tunjukan masysarakat Indonesia dalam pemilu tahun ini hanya akan memancing rasa permusuhan dan perpecahan.

Lantas apakah yang kita harapkan kedepanya? saat pesta akbar pilpres ini berakhir, efek tersebut bolehjadi tidakserta merta hilang di kalangan masyarakat. siapa yang menjamin kasi saling menjatuhkan ini tidak berlanjut, boleh jadi akan menimbulkan mosi tidak percaya terhadap capres terpilih nantinya dari pendukung capres yang kalah atau bahkan menggerus rasa persatuan dan nationalisme di tengah masyarakat. bukankan ini membuka peluang bagi pihak luar mengadu domba dan merusak kestabilan bangsa Indonesia?.

Semangat Kebhinekaan

Kita bisa becermin pada pemilu pertama tahun 1955. pemilu yang berlansung di masa presiden soekarno tersebut bisa di bilang pemilu yang paling sukses selama ini, karena pemilu tahun itu berlansung dengan aman.

“Patut dicatat dan dibanggakan bahwa Pemilu 1955 yang diikuti oleh lebih dari 30 partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perorangan, berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur dan adil serta sangat demokratis. Indonesia pun menuai pujian dari berbagai pihak termasuk negara-negara asing. Data yang dihimpun KPU mencatat kesadaran berkompetisi secara sehat pada Pemilu 1955 sangat tinggi.”(antaranews.com 27/2)

disini bangsa Indonesia perlu belajar dan mengevaluasi diri, betapa semangat demokrasi yang kita usung, berupa kebebasan berpendapat melahirkan satu kemunduran bagi bangsa Indonesia, dari bangsa yang terkenal menjunjung etika menjadi bangsa yang tidak lagi memperhatikan etika. hendaknya masyarakat Indonesia lebih bijak menggunakan hak kebebasan berpendapat tersebut, tanpa mengesampingkan nilai nilai idiologi pancasila. sehingga kebebasan tersebut memberi dampak yang positif untuk kemajuan republic ini.dengan demikian perbedaan antar kita tidak menggerus rasa cinta kepada tanah air dan tetap memegang teguhpersatuan bangsa dan mengamalkan semangat kebhinekaan.

semangat kebhinekaan adalah bentuk ke arifan, kebijaksanaan yang dimiliki oleh bansa Indonesia. Bhineka tunggal ika yang berarti berbeda berbeda namun tetap satu ini menjadi landasan berfikir orang Indonesia dalam menjalankan hak dan kewajibanya sebagiai rakyat Indonesia. oleh sebab itulah pemimpin, para tokoh nasionalyang mempunyai pengaruh besar bagi bangsa ini, mestinya menjunjung tinggi semangat kebhinekaan dan nilai nilai pancasila dalam mengawal jalanya pilpres tahun ini, sehingga perpecahan dan pertengkaran akibat pilpres tidak semestinya terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun