Berikut ini saya kasih petuah dari Gandalf dalam film The Hobbit: The Unexpected Journey. Beliau adalah legenda dalam dongeng The Hobbit. Semoga petuah ini bisa kita refleksikan untuk memaknai kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan ini.
"Saruman believes it is only great power that can hold evil in check, but that is not what I have found. I found it is the small everyday deeds of ordinary folk that keep the darkness at bay. Small acts of kindness and love. Why Bilbo Baggins? I don't know. Perhaps because I am afraid, and he gives me courage."
Translate: "Saruman percaya bahwa hanya kekuatan besar yang dapat menjauhkan kejahatan, tapi bukan itu yang kutemukan. Aku menyadari bahwa hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari oleh orang biasa yang menjauhkan kita dari kejahatan. Tindakan-tindakan kecil yang didasarkan pada kebaikan dan kasih. Kenapa Bilbo Baggins? Saya tidak tahu. Mungkin karena ketika saya takut, dia yang memberi saya kekuatan." Saya coba menafsirkan kalimat dari Gandalf tersebut dalam konteks kemerdekaan bangsa Indonesia: Beberapa tahun terakhir negara ini mulai bermunculan pemimpin yang keliatan bekerja untuk rakyat dan diliput luas oleh media, dimulai dari kehadiran Sri Mulyani dan Dahlan Iskan dengan kemampuannya membenahi manajemen korporasi negara, kemudian muncul Jokowi-Ahok di Jakarta, Tri Risma di Surabaya, Ridwan Kamil di Bandung, Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, dan baru-baru ini Bima Arya di Kota Bogor serta beberapa lagi pemimpin daerah yang membenahi birokrasi daerah dan membangun daerah sesuai kebutuhan rakyatnya. Tapi saya liat2 nih, kebanyakan masyarakat seperti hanya diam dan menunggu untuk menikmati hasil kerja mereka atau sekedar komen2 doang di media sosial baik itu kritik dan dukungan. Alhasil kerja mereka seperti tidak berdampak banyak bagi perubahan bangsa ini. Contoh paling saya rasain di Jakarta, Jokowi Ahok sudah melakukan banyak program seperti pengerukan sungai2 yang sudah puluhan tahun dibiarkan pemerintahan sebelumnya, sekarang masih terus berlangsung karena sampah gak pernah habis karena masih banyak yang buang sampah di sungai. Macet masih terasa sangat menyesakkan, bukan karena lamanya di jalan tapi ketidaktertiban para pengendara. Mobil dan motor berebut masuk jalur busway, padahal fasilitas itu udah disediain pemprov supaya jalur public transport steril dan yg penumpangnya tidak merasakan macet. Belum lagi yg hobi berhenti di zebra cross pas lampu merah, jadi bikin penyebrang jalan susah nyebrang. Ada pula kelakuan orang2 "kecil" yg tinggal di bantaran sungai dan rel kereta. Udah disediain rusun pada gak mau pindah. Kemarin awal Agustus banjir di Jaksel dan Jakpus juga karena perilaku mereka yg membobol penahan air sungai supaya pemukiman mereka di bantaran kali gak kebanjiran, alhasil pengguna jalan yang kebanjiran. Contoh lain, rusaknya Taman Bungkul di Surabaya beberapa waktu lalu karena diinjekin warga yg berebutan es krim, padahal Bu Risma udah kerja keras bikin itu jadi bagus. Masih banyak lagi contoh dimana kita sebagai rakyat yang justru gak mendukung perubahan, seperti masih nyogok pas bikin SIM, nyogok buat masukin anak ke SMP-SMA favorit, nyogok buat jadi PNS/TNI/Polri, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H