Sejumlah daerah di Indonesia pun harus merombak aturan hingga melakukan penyesuaian tradisi yang berjalan setiap bulan puasa akan tiba. Dengan kata lain tentu saja tradisi-tradisi tersebut ditiadakan demi mengutamakan keselamatan.
Tradisi lainnya yang sering aku temui adalah membersihkan masjid. 10 meter di depan rumah ada Masjid Raya yang berhadapan langsung dengan jalan utama jantung kota kecil itu. Aku ingat betul, di masjid itu kami sering sholat wajib berjamaah, tarawih hingga tadarusan berjamaah. Nah, jelang Ramadan biasanya marbot (penjaga mesjid) dan para ulama mesjid akan mengundang seluruh masyarakat bergotong royong membersihkan seluruh masjid.Â
Kemudian di akhir acara akan ada makan-makan dan silaturahmi dengan seluruh masyarakat sekitar. Hampir tiap tahun aku mengikuti kegiatan bersih-bersih di masjid itu bersama  teman-teman. Masjid yang tak begitu luas, disampingnya kirinya ada 3 ruangan MDA, halaman yang cukup luas, tempat kami bermain petak umpet dipagari beton. Â
Di seberang jalan ada toko bunga dan alat jahit. Aku lupa hidangan apa yang kami makan saat itu. Aku juga samar mengingat siapa teman-teman sebayaku waktu itu.Â
Oya, ada satu kenangan yang tersisip saat bersih-bersih masjid. Anak-anak laki yang sibuk main seluncuran di atas air pel dilantai masjid. Ada pula yang sibuk mengintai makanan yang baru tiba dimasjid. Ya, aku ingat keriuhan itu hingga kini. Tumpukan sampah usai makan-makan, antrian mengambil nasi dan lauk yang terkadang diselingi dorong-dorongan. Hingga usiaku menginjak remaja, seingatku masih ada tradisi itu.
Tradisi-tradisi diatas juga berlaku bagi masyarakat Minang dalam menyambut hari kemenangan Idul Fitri.Â
Semoga tradisi ini menjadikan masyarakat tetap berbudaya dan beradab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H