Mohon tunggu...
Vester Cobain
Vester Cobain Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang dengan bising inspirasi isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saling Bergantung (Jakartaku Takluk)

9 April 2010   20:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

jakarta takluk kepada banjir jakarta bergantung kepada bogor karena bogor berada di atas jakarta bukan karena kemajuan jakarta yang membanggakan atau sekadar kepadatan jakarta yang tak tertandingi tapi jakarta tak berkutik bogor memuntahkan air banjir menyerang ibu kota indonesiaku pun menjadi gantungan bagi negara yang lain mereka semua memperhatikan hjaunya bangsaku gundulnya hutan negriku, bencana bagi negara maju asap hitam negara maju, makanan bagi hijaunya hutan ku gundulnya hutan mereka di atasi hijaunya bangsaku ketika si jago merah beraksi di negaraku panasnya pun sampai kepada negara tetanggaku asapnya pun memedihkan mata mereka yang disekitar indonesiaku dinginnya kutub utara pun harus tetap dingin jangan biarkan itu menghangat menghangatkan dan mengikis permukaan poros utara bumi itu karena jakartaku pun tak pandai berenang tanjung priuk pun rela untuk berendam kutub utara pun menggantungkan harapan bagi negaraku kota ku dan tiap rumah yang ada pun bergantung rumah di tengah kota, atau rumah setengah jadi setengah berdiri di pinggiran Kutub utaraku bersama ozone yang tepat berdiri di atasnya semakin bolong dia, kehangatan kami terima poros utara bumi pun tidak suka kehangatan karena dingin adalah identitasnya atau sekadar tak berdaya menjaga eksistensi es yang mengelilingi bergantung satu sama lain bersama itu membentuk lingkungan satu demi satu saling bahu membahu demi masa depan, demi hidup jangan mencuri perhatian sebatas kepentingan hari ini apa arti hari ini ketika tiada hari nanti bergantung satu sama lain bermula masuknya sampah ke dalam kantong kecil menanti saat dimuntahkan ke tempat yang layak tempat sampah adalah tempatnya Terinspirasi dari "catatan harian sang penggoda indonesia" karya Prie G.S.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun