Zaman sekarang ini, kita pasti sudah tahu, bahwa seluruh aspek kehidupan manusia terpusat ke dalam teknologi. Dalam satu sisi, ada efisiensi dan efektivitas yang didapat, tetapi di sisi lain ada resiko yang lumayan berbahaya yang diam-diam merusak kepribadian manusia. Saya memilih kata merusak bukan tanpa alasan. Satu dari sekian banyak jenis teknologi yang sangat masif digunakan adalah media sosial. Masa kecil kita dulu, sebelum mengenal facebook, hampir seratus persen aktivitas hidup, kita habiskan di dunia nyata. Sekarang, kita dipaksa untuk meninggalkan kehidupan nyata dan pindah ke dunia maya.
      Dari sinilah kerusakan itu dimulai. Pernahkah Anda merasakan tiga hari saja, menjalani hidup tanpa membuka HP? Pasti Anda menjawab, tidak mungkin. Itu sangat susah, karena kita masih bergantung whatsapp untuk komunikasi sehari-hari, belum lagi kalau ada kerjaan lewat HP, bagaimana nanti nasib mas-mas Gojek? Yang jualan online? Yang kerjanya endors? Tentu memang tidak bisa kalau subjeknya semacam mereka, tetapi saya ingin mencoba mengambil satu posisi untuk dijadikan percontohan, yaitu mahasiswa, dan memfokuskan objeknya pada media sosial saja.
Mungkin bagi seorang santri yang hidup di pesantren, bisa hidup tanpa HP bahkan berhari-hari lamanya. Tapi bagi mahasiswa, itu sangat susah. Kalau begitu pertanyaannya diganti, subjeknya tetap mahasiswa, tapi fokusnya diturunkan menjadi media sosial saja. Pernahkah Anda, selama tiga hari berturut-turut, menjalani hidup tanpa membuka instagram, tik tok, youtube, twitter, hanya whatsapp saja yang Anda buka, dan itu pun dibatasi hanya membukanya setiap selesai salat dalam waktu sepuluh menit, jika kurang dari sepuluh menit tidak ada pesan yang harus dibalas dan Anda juga tidak ada keperluan untuk mengirim pesan pada orang lain, maka seketika itu juga, Anda matikan lagi HP Anda. Setelah itu, Anda matikan data internet Anda dan menyimpan HP itu ke dalam lemari, lalu Anda kunci lemari itu, dan kuncinya Anda sembunyikan di tempat yang susah dijangkau. Setelah itu, Anda lanjutkan aktivitas hidup Anda tanpa HP dan ketika selesai salat, Anda buka lagi HP Anda. Seperti itu terus, lakukan selama tiga hari. Maka, Anda akan sadar, bahwa Anda selama ini telah kehilangan nikmat terbesar yang diberikan oleh tuhan, yaitu kehidupan nyata. Anda selama ini tidak sadar, bahwa nikmat itu diam-diam direnggut oleh teknologi media sosial.
Anda harus ingat bahwa dalam menjalani kehidupan sosial, sebenarnya Anda tidak terlalu butuh yang namanya media, lebih baik bersosial secara langsung. Adanya media, justru membuat keterampilan bicara Anda menjadi tidak terlatih, hanya jari-jari Anda saja yang lincah. Anda harus sadar, bahwa ada hal-hal yang lebih baik Anda tidak tahu, daripada Anda tahu. Media sosial yang ada sekarang ini, mendorong manusia untuk tahu menahu semua hal yang terjadi di dunia ini. Padahal itu tidak penting, bahkan berbahaya. Anda bayangkan saja, seberapa besar kesuksesan Anda soal menahan jari-jari yang sudah terlanjur scroll satu video di Tik-Tok? Yang terjadi adalah, Anda akan terus-terusan scrolling selama berjam-jam dan tidak sadar bahwa waktu Anda hilang cuma-cuma, pikiran Anda pun sudah penuh dengan informasi yang tidak berguna. Setelah itu, Anda akan capek dan lebih memilih rebahan daripada aktivitas di luar. Saat Anda rebahan, Anda tidak sadar bahwa scrolling yang Anda lakukan tadi mengandung candu, maka berulanglah kegiatan itu sampai kapan entah tak tahu.
Itulah salah satu kerusakan yang saya maksud tadi. Semoga kita bisa lebih sadar dan pintar dalam menghadapi perubahan-perubahan yang pasti terjadi setelah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H