Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebisuan

29 September 2024   09:24 Diperbarui: 29 September 2024   09:30 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Aku kembali menuju kamar. Kututup pintu dan jendela. Kutulis sedikit cerita tentangnya sebelum tidur. Hingga aku tak sadar beralih ke alam mimpi. Aku tak tahu apa yang kumimpikan saat itu. Bahkan, tak ingat sekalipun. Hanya hitam yang kulihat. Padahal aku ingin bermain catur bersama Ayah atau apapun di sana.
Mendengar suara knalpot Jupiter aku terbangun, kulihat ia dari balik jendela kamar. Melajukan motornya dini hari. Dengan kondisi mata yang masih terkantuk-kantuk aku dilanda sebuah rasa yang membasahi hati. Tak ayal lagi, itu kerinduan. Aku masih rindu Ayah.
Sebelum aku pergi esok pagi, inginku bertemu Ayah lagi. Namun sayang, ketika aku hendak pamit kata Ibu, Ayah masih di pasar. Kutinggalkan lagi rumah itu. Dalam lubuk hati yang paling sunyi aku berdoa kepada Tuhan agar memberiku waktu yang lebih lama bersama Ayah dari takdir asalnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun