Kesekian kali aku melihat dan mendengar kelalaian para penjaga surga
Dalam ruang ruang ilmu yang tak sanggup kudengar mereka berkelakar
Tak tahu entah mengapa tanpa malu dan takut
mereka menghamburkan pralaya
Mimpi mimpi petaka telah larut dalam lamun dan tidurku
Ancaman menjelma macan, menuntut bocah kita kehilangan surganya
Semburat cahaya kecil saat demi saat berganti melepas kerinduan
Ataukah kita merelakan mereka bermain dengan api berdenyaran
Jika kalian bertanya apakah aku mampu berjuang dalam kesendiran
Sudah pasti aku tak mampu
Jika kalian bertanya apakah langkahku tak gontai
Sudah pasti aku bingung tak berpacu
Jika kalian bertanya apakah salatku terancam
Maka, aku kan bercerita tentang akhir zaman
Di sini, di tanah yang subur ini...
Aku melihat mereka sedang bercerita dan bergumam menepi dari bising
Beragam kisah yang kusimpan dalam dalam, memancarkan sinar mencuat melebur menebas dosa
Aku harap mereka masih bermain di tanah yang benar
Malam itu, nenek sihir datang dan merasuki tubuh penyair di suatu gubuk kecil
Ilmu hitam yang sangat kuat membuat kawanku berbondong bondong menjadi perangkat
Agama yang disokong para politisi, sudah tak lagi kulihat menghiasi
Manusia yang ternodai, menjadi tamak akan noda-noda anyir
Ibu pertiwi pun bersimpuh di atas sajadahnya dan Agama meratapi tangisnya
Ronggowarsito tersenyum manis begitu halnya dengan Yosodipuro
Menangkis kita belajar menepis kesalahan dan kelalaian
Orang-orang suci tak henti merapalkan do'a do'a
Qur'an dan hikmah termenung menunggu waktu
Waktu yang tertunggu bertanya tanya akan kisah baru
Peradaban mana yang akan singgah di tanahku ini?
Apakah kesabaran kan tetap lapang
Ataukah kegigihan yang terus menerang
Dan bulan pun melambaikan pertolongan
Entahlah...
Aku saja, masih suka menyalakan keanggunan
Ketika hitam sudah dilumpuhkan
Cerita pun berkata,
Tak lama kebangkitan akan datang
Dunia pun menjadi lukisan dan nyanyian