Mohon tunggu...
VERREL SANTOSA
VERREL SANTOSA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Pertanian Agroteknologi UKSW

Mahasiswa UKSW

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

OPT atau OVT?

24 Oktober 2022   16:18 Diperbarui: 24 Oktober 2022   16:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

     

          Pertanian adalah proses produksi yang didasarkan pada proses pertumbuhan tumbuhan dan hewan. Mengingat sektor pertanian masih menunjukkan kemampuannya dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, bahkan di tengah badai krisis, pembukaan lapangan kerja dan krisis ekonomi yang melanda, sektor ini merupakan sektor yang diharapkan dapat memulihkan perekonomian nasional. Kontribusi mata uang asing yang tinggi terjadi.

          Organisme Pengganggu Tumbuhan atau biasa disebut OPT merupakan salah satu faktor pembatas yang sulit di bidang pertanian yang dapat menurunkan hasil panen. Infeksi pada tanaman yang merusak tanaman, pertanian, dan sayuran adalah penyebab hama. Hama dapat dijangkiti berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, hama harus diperlakukan dengan upaya yang tepat (Zarliani, et al., 2020).

          Menurut Kardinan (2022), hasil akibat serangan hama dapat mencapai 40-55%. Hama dan penyakit tanaman sangat cepat dan sulit dikendalikan (Zarliani, et al., 2020). Anda dapat mencegah terjadinya hama dengan melakukannya secara hati-hati sejak awal penanaman. Contoh hama yang biasa menyerang tanaman adalah hama ulat grayak, hama penggerek polong, kutu daun, dan bercak coklat.

          Perubahan iklim dan ancaman serangan hama akan meningkatkan tantangan peningkatan produksi di masa depan. Pengendalian organisme perusak tanaman perlu diketahui tingkat serangan pada tanaman padi, jagung, dan kedelai sehingga dapat diprediksikan penanggulangannya sejak dini (Rustam, 2015).

          Indonesia terkenal dengan tumbuhnya tanaman obat berkualitas tinggi. Saat menanam tanaman obat, masalah sering muncul dengan adanya organisme yang mengganggu tanaman. Petani memilih cara yang sederhana, cepat dan praktis untuk menangani organisme perusak tanaman. Pestisida kimia sintetis digunakan untuk mencegah organisme merusak tanaman. Namun, pestisida kimia sintetis dapat memiliki efek buruk pada kesehatan konsumen dan lingkungan. Salah satu contohnya adalah penggunaan tanaman seledri yang memiliki kadar antioksidan tinggi dan dikenal sebagai obat tekanan darah tinggi. Penggunaan pestisida sintetik meninggalkan banyak residu dan membahayakan kesehatan organ. Khasiat tanaman seledri disebut-sebut sebagai racun ketimbang obat. Oleh karena itu, perlu diterapkan sistem pengendalian hama tanaman yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Wiratno, 2017).

          Organisme perusak tanaman dapat ditangani dengan beberapa cara, termasuk solarisasi tanah yang ramah lingkungan. Solarisasi tanah paling baik dilakukan dengan menggunakan lembaran plastik bening. Temperatur tanah yang lebih tinggi akibat solarisasi tanah dapat mengurangi pertumbuhan patogen tanah, hama tanah, dan gulma, serta meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan, dan hasil panen (Hamdani & Susanto, 2020).

          Penggunaan pestisida nabati/organik tersebar luas di Indonesia. Setiap daerah memiliki karakteristik dan jenis tanaman yang berbeda-beda yang berpotensi menjadi pestisida nabati. Kunyit, daun randu, biji srikaya, biji mahoni, dan brotowali merupakan contoh pestisida organik yang banyak digunakan di Indonesia. Penggunaan biopestisida menawarkan prospek yang baik untuk meningkatkan kualitas produk pertanian, ramah lingkungan dan berkontribusi terhadap stabilitas hasil tanaman. Namun penggunaan pestisida organik belum meluas di Indonesia karena kurangnya anjuran dari pemerintah (Sutriadi, et al., 2019).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun