Mohon tunggu...
Verrell Elektranto
Verrell Elektranto Mohon Tunggu... Penulis - Author

Seorang pemuda yg gemar menulis dan mengulas persoalan bangsa yang kerap terjadi di tanah air.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bulan Suci Ternoda Pandemi

15 Mei 2020   17:42 Diperbarui: 16 Mei 2020   05:19 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Menyambut bulan suci Ramadan adalah momentum spesial bagi setiap warga negara penganut agama Islam. Sayangnya, bulan Ramadan tahun ini diwarnai dengan warna yang berbeda. Bulan suci ini "ternoda" oleh Pandemi yang melanda dunia. COVID-19 merupakan dalang dibalik Pandemi tersebut.

Di Indonesia, banyak tradisi yang tercipta di bulan Ramadan. Mulai dari tradisi SOTR (Sahur on the road) berupa pembagian makanan sahur kepada orang yang tidak mampu, hingga menjalin tali silaturahmi dengan keluarga besar di kampung halaman saat lebaran tiba. Kegiatan shalat berjamaah seperti tarawih dan shalat ied pada bulan kemenangan (Idul Fitri) juga menjadi tradisi setiap tahun.

Siapa yang menyangka, musuh tak kasat mata ini ikut "meramaikan" bulan Ramadan. Kehadiran virus tersebut membuat seluruh warga Indonesia geram, khususnya di kota Tangerang Selatan. Karena Pandemi ini pula, kegiatan beribadah di masjid tidak dapat dilaksanakan oleh warga setempat.

Salah satunya, Masjid An-Nashr yang terkena dampak dari Pandemi mengerikan tersebut. Masjid yang berlokasi di Jl.Puyuh sektor 5, Bintaro Tangerang Selatan ini terpaksa harus meniadakan berbagai kegiatan yang biasa diselenggarakan pada bulan Ramadan. Diantaranya, sahur bersama jamaah, berbuka puasa, shalat tarawih dan itikaf bersama.

Fenomena tersebut membuat sejumlah marbot Masjid An-Nashr sedih akan hal itu. Salah seorang marbot tersebut bernama Asep. Asep menyayangkan momentum bulan suci tahun ini harus dilalui dengan kesunyian. Masjid yang biasa diramaikan oleh jamaah, kini tampak sepi. Langkah itu dilakukan demi menekan laju penyebaran COVID-19.

Kawasan sekitar Masjid An-Nashr juga biasa dimeriahkan dengan pedagang-pedagang kaki lima yang kerap berjualan takjil untuk hidangan berbuka. Terdapat hidangan utama juga untuk memuaskan perut anda pasca berpuasa. Seperti misal; mie yamin, gado-gado dan nasi uduk. Kini pedagang-pedagang tersebut tidak dapat dijumpai, mengingat kebijakan PSBB diberlakukan untuk membatasi ruang gerak pedagang dan pembeli.

Pandemi COVID-19 juga mengakibatkan kegiatan SOTR tidak dapat digelar. Kegiatan SOTR (Sahur On The Road) kerap kali diadakan pada bulan suci Ramadan.

Pemuda-pemudi tanah air berbagi kebahagiaan kepada orang tidak mampu berupa makanan sahur. Berbagai kalangan pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan SOTR. Mulai dari kalangan pelajar (SMP-SMA-Kuliah) hingga kalangan pekerja dan artis tanah air.

Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi setiap warga muslim, khususnya di tanah air. Karena telah berhasil melalui bulan Ramadan dengan penuh hikmat dan rahmat, biasanya Idul Fitri dirayakan dengan memakan ketupat bersama keluarga besar di kampung halaman. Tampaknya, perayaan Idul Fitri tahun ini juga ditemani oleh COVID-19. Pelarangan mudik pun juga dihimbau oleh pemerintah.

Namun, Presiden Joko Widodo belum lama ini mengeluarkan pernyataan yang menuai polemik di berbagai media tanah air. Pernyataan tersebut terkait pelarangan mudik, akan tetapi pulang kampung diperbolehkan. Sewaktu diwawancarai oleh Najwa Shihab pada program Mata Najwa, presiden mengatakan mudik memiliki makna yang berbeda dengan pulang kampung.

Lantas, pernyataan presiden itu membuat sebagian warga Indonesia bingung. Seperti yang kita ketahui, mudik diambil dari Bahasa Jawa yang merupakan singkatan dari Mulih Dilik yang berarti pulang kampung. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menegaskan perbedaan mendasar antara mudik dan pulang kampung berada pada waktu pelaksanaannya.

Pengertian pulang kampung bagi presiden, biasanya para pekerja yang merantau ke kota dan kembali ke kampung karena keluarga mereka berada disana. Sementara, pengertian mudik sendiri diartikan sebagai kegiatan massal yang dilakukan warga Indonesia pada bulan Idul Fitri. Sepertinya, presiden cukup kewalahan dalam menghadapi pandemi ini sehingga menganggap kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda.

"COVID-19 adalah musuh bersama kita, lawanlah virus tersebut dengan kedisplinan dan kesadaran tinggi dalam karantina. Menang tanpa berperang adalah kemenangan yang paling hebat." -Verrell Elektranto

Kutipan tersebut menjadi penutup artikel ini. Jadi, apa tindakan yang kalian akan lakukan setelah membaca artikel ini? Tetap di rumah untuk menjaga keluarga besar di kampung halaman atau tetap bersikeras untuk mudik. Semua pilihan berada di tangan kalian. Semoga artikel ini dapat menggerakkan hati kita untuk menyelamatkan kehidupan banyak orang di Indonesia dengan berdiam diri sesaat di rumah.

#SALAMINSPIRASI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun