Mohon tunggu...
Veroze Waworuntu Saad
Veroze Waworuntu Saad Mohon Tunggu... -

Tipikal nerd & geek yang lebih tertarik dengan sastra ketimbang hingar bingar disko.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

PDA, Aksi Umbar Kemesraan di Depan Umum

9 November 2011   19:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52 1970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ih!," ujar Nicky melihat Novi mengumbar kemesraan dengan kekasihnya di taman kota. Merupakan hal yang wajar ketika ada pasangan yang ingin tampil di muka umum. Hal yang manusiawi ketika ingin menunjukkan hubungan diantara keduanya. Tapi terkadang ada batasan-batasan yang, entah dengan sengaja atau tidak, dilanggar. Mengumbar kemesraan di muka umum, atau disebut dengan Public Display Affection (PDA) adalah salah satu bentuk menampilkan hubungan sepasang kekasih. PDA adalah bentuk demonstrasi fisik dari hubungan antarpasangan dimana ada orang lain yang melihatnya. Berpegangan tangan atau berciuman di publik biasanya dianggap sebagai bentuk PDA yang tidak dapat diterima. Bagaimanapun juga, bentuk PDA yang dapat diterima tergantung kepada konteks sosial dan norma yang berlaku. Sebagai contohnya, di tempat seperti bar atau klub malam, lebih sering ditemui bentuk PDA yang lebih ekstrim tapi malah dianggap sebagai bentuk perlakuan yang sangat biasa. Di tempat seperti ini, aksi pelukan dan berciuman dianggap umum. Berbeda tempat, berbeda pula cara perlakuannya, setiap kebudayaan memiliki aturan yang tertulis dan non tertulis yang mengatur masalah PDA di publik. Jika pasangan menikmati dilihat kemesraannya di depan publik, maka itu dapat disterakan dengan eksibisionisme. Ada juga pasangan yang merasa lebih menginginkan privasi, tapi masih mentolerir jika dilihat kemesraannya oleh orang yang lain. Beberapa orang juga nyaman dilihat sedang ber-PDA, hal itu mungkin disebut dengan voyeurisme. Di masyarakat, PDA bahkan lebih tidak dapat ditolerir lagi pada pasangan minoritas. Sebagai contohnya, pasangan gay dapat merasakan dampak yang lebih berbahaya ketika diri mereka kedapatan sedang ber-PDA oleh orang yang tidak menyetujui hubungan sesama jenis. Tak jarang PDA ini dapat memicu kekerasan. Di Eropa, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat merupakan hal yang umum untuk melihat pasangan berpegangan tangan atau berciuman di publik. Di klub malah juga biasa terlihat pria dan wanita berdansa berdekatan. Di Negara Amerika latin sendiri, remaja banyak berkumpul di taman umum untuk berciuman, berpelukan, atau bahkan beroral sex telah mendapat perhatian media Amerika Serikat, hal ini karena kurangnya undang-undang politis di bagian seksual. Sementara di Afrika Selatan, merupakan pelanggaran hukum bagi siapapun di bawah umur 16 tahun untuk ikut bagian di dalam PDA. Di India sendiri PDA dianggap ilegal, menurut hukum yang berlaku, ada hukuman penjara sekitar tiga bulan, atau denda, atau bahkan keduanya. Bentuk PDA seperti berciuman benar-benar dianggap ilegal. Pada dasarnya, batasan PDA masih belum jelas. Belum berarti dengan PDA akan membuat hubungan semakin harmonis, bias saja malah ada cap negatif yang diberikan oleh masyarakat umum dan berujung kepada retaknya hubungan pasangan. Bagaimana dengan di Indonesia? Hmm.. Saya sendiri akan merasa aneh kalau melihat pasangan mengumbar kemesraan di depan umum. Get a room people! Oya, saya menulis ini sembari mendengarkan lagu PDA oleh John Legend. Good Track! ;) [caption id="attachment_142693" align="aligncenter" width="300" caption="PDA - John Legend"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun