Mohon tunggu...
Veronica Selmi Aurenscy
Veronica Selmi Aurenscy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa BK’21

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Media Sosial Salah Satu Penyebab Insecurity Perempuan?

6 Desember 2024   15:37 Diperbarui: 6 Desember 2024   18:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

          

Oleh : Veronica Selmi Aurenscy

Mahasiswa Prodi BK UKSW SALATIGA

Dosen : Drs. Tridjahjo Danny S., M.Si 1 ; Sapto Irawan, S.Pd., M.Pd., MCE 2

           Seiring dengan perkembangan teknologi, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan perempuan. Platform berbasis gambar dan video seperti Instagram, TikTok telah menjadi tempat untuk berbagi momen, mengekspresikan diri, dan terhubung dengan orang lain. Namun, di balik popularitas media sosial yang semakin meningkat, ada dampak serius yang tidak bisa diabaikan, perasaan insecurity  khususnya yang berhubungan dengan citra tubuh dan standar kecantikan. Insecurity adalah perasaan kekurangan atau ketidakpuasan terhadap diri sendiri, yang seringkali muncul karena perbandingan sosial yang terus-menerus, baik terhadap penampilan fisik maupun pencapaian hidup. Pada perempuan, hal ini bisa berhubungan erat dengan tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang sering kali tidak realistis. Dalam studi Perloff (2014), ditemukan bahwa wanita yang lebih sering menggunakan platform seperti Instagram dan Facebook cenderung lebih merasa tertekan dan kurang puas dengan penampilan mereka dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa perempuan lebih terpengaruh oleh representasi tubuh ideal yang ada di media sosial.

           Salah satu dampak terbesar dari media sosial adalah munculnya standar kecantikan yang kerap kali tidak realistis dan sulit dicapai. Di Instagram, TikTok, dan platform lainnya, perempuan sering kali melihat gambar-gambar penampilan seseorang tampak lebih sempurna dari kenyataannya. Wajah mulus, tubuh langsing, kulit cerah semua itu menjadi standar yang seolah-olah harus dipenuhi jika ingin dianggap "cantik" atau "berharga". Tidak jarang, perempuan yang menghabiskan waktu berlama-lama di media sosial cenderung membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat di layar. Perbandingan ini, baik itu mengenai penampilan, gaya hidup, atau pencapaian, bisa menurunkan rasa percaya diri. Saat melihat orang lain yang tampak lebih "sempurna," perasaan ketidakpuasan terhadap diri sendiri bisa meningkat. Fenomena ini semakin buruk dengan munculnya influencer atau seleb yang memiliki ribuan bahkan jutaan pengikut, yang sering kali mempromosikan produk atau gaya hidup yang tidak dapat dijangkau oleh banyak orang. Perasaan insecurity yang dipicu oleh media sosial tidak hanya berdampak pada citra tubuh, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Ketika perempuan merasa mereka tidak sesuai dengan standar yang ada, perasaan tidak cukup baik dapat berkembang menjadi gangguan seperti kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan makan. Kebutuhan untuk menjadi "sempurna" atau memenuhi harapan orang lain dapat menciptakan tekanan yang berlebihan, yang pada gilirannya merusak kepercayaan diri dan kesejahteraan emosional mereka. Lalu munculnya editing foto atau filter, filter ini dapat membuat wajah tampak lebih sempurna. Namun, penggunaan filter yang berlebihan menciptakan gambaran yang jauh dari kenyataan, yang membuat perempuan merasa bahwa mereka harus mencapai "kesempurnaan" yang tidak realistis. Ada juga respons netizen terhadap konten yang diunggah di media sosial juga dapat memengaruhi perasaan insecurity. Likes dan komentar sering kali juga menjadi sumber stres. Ketika postingan tidak mendapatkan jumlah like atau komentar yang diharapkan, perempuan mungkin merasa mereka tidak cukup menarik atau tidak mendapatkan pengakuan yang layak. Kritik atau komentar negatif juga bisa memperburuk perasaan rendah diri, yang memengaruhi citra diri dan kepercayaan diri mereka. Dari penelitian Harnata&Prasetya (2023), menunjukan bahwa factor yang membuat insecure adalah membandingkan karya dan fisik dengan creator-creator TikTok.

          Perasaan insecurity yang berlarut-larut tidak hanya berdampak pada citra tubuh, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental yang serius. Penelitian oleh Leung (2017), menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan peningkatan gejala kecemasan, depresi, dan gangguan makan pada perempuan muda. Penggunaan platform seperti Facebook dan Instagram yang memfokuskan pada standar kecantikan tertentu, menyebabkan perempuan merasa tidak puas dengan penampilan mereka. Penurunan rasa percaya diri yang terkait dengan citra tubuh ini memperburuk kondisi mental, memicu kecemasan dan depresi, serta meningkatkan potensi terjadinya gangguan makan. Perempuan yang terus-menerus merasa tertekan untuk tampil sempurna sering kali mengalami kecemasan sosial atau bahkan depresi akibat perasaan gagal mencapai harapan yang tinggi. Selain gangguan mental, insecurity yang berkelanjutan dapat membentuk pola pikir negatif yang sulit diubah. Perempuan yang terus-menerus berusaha "memperbaiki" diri mereka, baik itu dalam hal penampilan maupun pencapaian, bisa terjebak dalam siklus ketidakpuasan yang tidak pernah berakhir.

            Meskipun media sosial dapat menjadi sumber kecemasan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatifnya. Langkah untuk mengurangi dampak negative media social yaitu : (1) Mengelola waktu dan jenis konten yang dikonsumsi di media sosial (2) Mengikuti akun-akun yang mendukung citra tubuh yang sehat dan realistis, serta menghindari konten yang memicu perasaan cemas atau tidak puas (3) Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial (4) Membangun self-compassion atau kasih sayang terhadap diri sendiri.

         Media sosial, dengan segala pesonanya, memang membawa dampak besar terhadap citra diri dan kepercayaan diri perempuan. Meskipun ada banyak aspek positif dari media sosial, penting untuk menyadari bahwa tidak semua yang terlihat di layar adalah kenyataan. Dengan pendekatan yang sehat terhadap penggunaan media sosial, serta dukungan terhadap kampanye dan penerimaan diri, perempuan dapat lebih mengelola perasaan insecurity dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

DAFTAR PUSTAKA 

Harnata, A. A., & Prasetya, B. E. A. (2022). Gambaran Perasaan Insecure di Kalangan Mahasiswa yang Mengalami Kecanduan Media Sosial Tiktok. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(3), 823-830.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun