Manusia mengalami perubahan dalam hidupnya seiring dengan perjalan waktu, perubahan tersebut biasa dinamakan perkembangan. Perkembangan manusia adalah suatu proses ilmiah yang dibuktikan secara ilmiah yang berkaitan dengan transformasi atau pola tahapan perkembangan manusia dalam kehidupan (Santrock, 2009). Perkembangan yang dialami manusia ada beberapa tahap, antara lain masa sebelum lahir (prenatal), masa anak-anak (childhood), masa remaja, dan masa dewasa.
Masa anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang menentukan bagi anak untuk masa depannya atau biasa disebut masa keemasan (golden age). Masa anak-anak adalah fondasi awal yang perlu diperhatikan dan dijaga secara penuh karena pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Anak akan mengalami transformasi atau perubahan yang luar biasa pada otak dan fisik, selain itu anak cenderung mempelajari perilaku dan mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya. Anak juga memiliki sensitifitas yang tinggi dalam dunia luar, sehingga anak sangat rentan memiliki trauma atau biasa disebut trauma masa anak-anak (childhood trauma).Â
Trauma dalam bahasa latin berartikan "luka" awalnya didefinisikan sebagai luka yang terdapat pada tubuh. Seiring berjalannya waktu menurut perkembangan medis dan psikiatri, trauma dapat diartikan sebagai luka pada ingatan dan batin manusia akibat pengalaman yang negatif dimasa lalu. Pengalaman negatif adalah kejadian yang menakutkan atau menyedihkan, dan manusia masuk kedalam kejadian itu namun tidak bisa mengontrol dirinya. Trauma tidak terbatas pada rentang usia tertentu, artinya siapapun dapat mengalami trauma tak terkecuali anak-anak. Trauma yang dialami anak-anak biasanya disebut sebagai childhood trauma (trauma masa anak-anak).
Trauma masa anak-anak (childhood trauma) merupakan suatu pengalaman tidak menyenangkan yang dapat berdampak bagi anak dalam jangka panjang dan memunculkan perilaku-perilaku yang tidak semestinya pada masa remaja. Kejadian traumatis yang dialami oleh anak bisa disebabkan oleh anak pernah mengalami bullying, mengalami pelecehan seksual orang tua mengalami broken home, pola asuh orang tua yang buruk, termasuk perilaku kasar baik secara fisik maupun mental. Perilaku kasar yang dialami anak-anak bukan hanya bersifat fisik, seperti menendang, mencekik, memukul, menampar, tetapi dapat bersifat psikis, misalnya orang tua melontarkan kata-kata kasar, merendahkan anak, mendiskriminasi anak, dan lain-lain.
Kejadian traumatis yang sudah dialami oleh anak akan memiliki dampak yang beragam, seperti anak akan mengalami gangguan mental, tidak percaya diri, mengalami trust issue, gangguan tidur atau insomnia, mudah beremosi negatif, tidak mampu dalam mengendalikan diri, serta mengalami masalah dalam berelasi dengan keluarga. Dampak lain yang dialami oleh anak-anak ketika mengalami trauma yang perlu menjadi perhatian adalah saat anak sudah berani untuk melukai diri (self-harm), bunuh diri (suicide), dan memiliki perilaku agresivitas. Trauma masa kecil juga membawa anak-anak menjadi mudah tersinggung, anti kritik, dan merasa tidak aman ketika tumbuh diusia remasa sampai dewasa.
Trauma masa anak-anak (childhood trauma) yang dialami oleh anak-anak dan terbawa sampai remaja dapat sembuh walaupun membutuhkan waktu cukup lama. Bagaimana mengatasinya? Untuk memulai proses pemulihan trauma biasanya mereka cenderung untuk mencari tempat yang tenang dan fokus pada diri sendiri sehingga tidak terganggu oleh orang-orang sekitar. Mereka akan mencoba mengingat dan merasakan kembali peristiwa masa lalu agar mampu mengenali setiap emosi yang dirasakan dan mencoba untuk menerima semua hal yang telah terjadi. Selain itu, mereka dapat berbagi cerita dengan orang lain, terlebih orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, teman dekat agar dapat melepaskan emosi dari trauma masa kecil. Jika dirasa tidak membuahkan hasil, maka perlu meminta bantuan dari para ahli, seperti psikolog, konselor, atau terapis ahli agar mendapatkan pertolongan atau penanganan yang tepat. Jadi, jangan pernah takut untuk mencari bantuan professional untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Jadi jangan biarkan traumatis anda mengganggu aktivitas dan keberadaan sekarang dan masa depan.
 Sumber:Â
Anggadewi, B. E. T. (2020). Dampak Psikologis Trauma Masa Kanak-kanak Pada Remaja. Solution: Journal of Counselling and Personal Development, 2(2), 1-7.
Awwad, M. (2023). FENOMENA CHILD ABUSE DI MASYARAKAT PERKAMPUNGAN DESA BATUJAI. Walada: Journal of Primary Education, 2(2).
Leman, H. K., & Arjadi, R. (2023). Self-Criticism in Emerging Adulthood With Adverse Childhood Experiences Increases Depression, Anxiety, and Stress [Kritik Diri Pada Dewasa Awal Dengan Pengalaman Buruk di Masa Kecil Meningkatkan Depresi, Kecemasan, dan Stres]. ANIMA Indonesian Psychological Journal, 38(1), 038108-038108.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H