Jika berbicara tentang hutan, pengalaman hidup paling mengesankan bagiku adalah perjalanan-perjalananku ke hutan. Beberapa kesempatan ketika aku duduk dibangku SMA aku melakukan perjalanan ke hutan. Dimulai dari perjalanan bersama tim Pecinta Alam sekolah, maupun dalam perjalanan misi menuju Kalimantan untuk tinggal (live in) bersama dengan warga disana.
Dari beberapa pengalaman tersebut, menjadikan hutan memiliki ruang tersendiri dalam ingatanku, menenangkan dan menyenangkan. Aku percaya bahwa alam selalu memberi baik, menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup dan menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup, termasuk manusia sendiri.Â
Pepohonan rindang dan bebunyian serangga yang khas memberikan ketenangan sekaligus kenyamanan bagiku. Semacam menjadi pelarian dalam keseharianku yang menyesakkan.
Perjalanan pertamaku di kelas 10 SMA ialah ke Stasi Malangkaian, Kecamatan Hampang di Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah ini dapat dikatakan jauh dari perkotaan dan masih berlokasi di tengah hutan-hutan Kalimantan. Listrik hanya terbatas pada genset dan tidak memiliki aliran air PDAM.
Aku tiba di Banjarmasin dan bertolak menuju lokasi selama sekitar 8 jam perjalanan dengan beberapa kali persinggahan. Selama 2 minggu lamanya, aku tinggal bersama warga. Aku tinggal bersama bapak, ibu dan adik-adik.Â
Di rumah, ibu dan bapak tidak fasih berbahasa Indonesia. Hal ini membuat banyak percakapan hanya dalam bentuk percakapan singkat dengan bahasa yang sederhana.
Dalam kesehariannya, aku ikut ibu untuk memasak dan berkegiatan di rumah. Terkadang mengikuti bapak untuk ke ladang. Dalam proses memasak dan menyiapkan makanan, biasanya ibu mengambil bahan-bahan langsung dari belakang rumah (yang langsung berhadapan dengan lahan hutan dan sungai). Entah memetik beberapa jenis sayur atau kadang bapak yang memancing ikan dari sungai dan langsung diolah oleh ibu.
Air mandi dan kebutuhan sehari-hari untuk mencuci diambil dari sungai atau menadah air hujan. Sehingga aku tidak dapat mandi dan beraktivitas menggunakan air secara bebas.Â
Dalam beberapa kesempatan aku juga mencoba mandi dan ikut ibu untuk mencuci di sungai. Sungguh pengalaman yang menegangkan! Hahaha.. Tidak disangka itu sangat menyenangkan dan juga menakutkan. Aku tidak dapat berenang, dan dengan arus sungai yang cukup tinggi aku hanya bisa berpegangan pada bambu-bambu yang terpasang di sisi-sisi sungai.
Untuk masalah perut, aku akui aku bukan orang yang rewel dan susah makan. Aku selalu menyebut diriku 'omnivora'! Hahaha karena aku jarang pilih-pilih makanan dan selalu memakan apa yang ada dan disajikan.Â
Oleh karena itu, dalam pengalamanku di Malangkaian, aku tidak memiliki kesulitan untuk beradaptasi dalam hal makanan.