Polemik PPDB selalu mewarnai setiap awal semester, ada begitu banyak berita berseliweran di sosial media dan televisi. Berita seorang ayah yang mengukur manual jarak rumah menuju sekolah karena anaknya ditolak masuk sekolah negeri didekat rumah.Â
Bagi masyarakat menengah kebawah sekolah negeri begitu sangat membantu selain tidak ada biaya SPP, orang tua hanya membeli seragam, buku tulis dan kebutuhan lain, yang tidak begitu banyak dibandingkan sekolah swasta.Â
Sekolah swasta unggulan, favorit, dan termasuk dalam sekolah penggerak pula, membayangkan biaya PPDBnya saja sudah membuat merinding apalagi SPP belum biaya lainnya.Â
Namun bagi sebagian orang tua, memutar otak mencari uang demi anaknya di sekolahkan di sekolah terbaik bukanlah hal yang sulit, tidak sedikit orang tua mendatangi sekolah-sekolah swasta dan meminta bantuan keringanan hingga beasiswa.Â
Sekolah Swasta terkenal akan kualitas lulusannya, juara diberbagai perlombaan tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan internasional, belum lagi kualitas para guru dan tenaga disekolah tersebut. Bagi orang-orang kaya, mereka tidak terlalu memikirkan biaya sekolah anaknya, yang mereka inginkan adalah benefit sekolah itu untuk kepentingan masa depan anaknya, tidak heran circle anak-anak orang kaya isinya kaya-kaya semua dan sekolah negeri dipinggiran isinya ya anak-anak lingkungan sekolah tersebut.Â
Adanya sistem zonasi, membuat orang tua "melek" pendidikan yang ingin menyengkolahkan anaknya disekolah negeri unggulan namun kandas karena adanya aturan zonasi yang membuat hanya sekitar sekolah tersebut yang diterima, sedangkan jika di sekolah swasta orang tua sangat keberatan dengan biaya sekolah.Â
Tujuan zonasi sendiri supaya tidak ada lagi terjadi sekolah favorit atau non favorit, namun atas kecanggihan teknologi jaman sekarang orang tua sudah faham sekolah mana yang menghasilkan anak-anak yang berkualitas atau tidak, sekolah mana yang diisi oleh guru-guru kompeten, dan sekolah mana yang fasilitasnya terlengkap, karena sekolah sekarang mempunyai akun Instagram, Youtube, Facebook, hingga website.
Tidak bisa dipungkiri, sekolah bagus bisa terlihat dari luar saja, sekolah jaman sekarang luar biasa membangun branding hingga jika mendengar nama sekolah tersebut ada hal yang membedakan antara sekolah tersebut dengan sekolah lainnya berupa citra visual yang memiliki image positif.Â
Jadi salah siapa jika label favorit itu tetap ada walapun sistem zonasi sudah dilakukan ? Semoga orang tua semakin bijak, memilih sekolah terbaik untuk sang anak dengan hasil berdiskusi dengan anak itu sendiri, sehingga ada kerja sama antara orang tua dan anak yang menghasilkan kesepakatan yang adil dan tidak saling memberatkan antara anak atau orang tua, Â jika anak itu memiliki tekad yang kuat mau disekolah terdepan,terluar, tertinggal pun ia akan tetap bisa mengejar impiannya begitu pula jika anak memikili daya juang rendah walapun di sekolahkan di sekolah termahal pun akan sulit karena yang berambisi hanya orang tua saja tidak dengan anaknya.Â
Semoga PPDB tahun ini berjalan baik, damai, tidak ada yang merasa dirugikan lagi, semoga pihak sekolah bisa segera menyelesaikan masalah-masalah terkait zonasi secara adil dan transparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H