Mohon tunggu...
Veronica cintyaa
Veronica cintyaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Korupsi di Kalangan Pejabat

28 November 2023   14:28 Diperbarui: 28 November 2023   14:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Revisi UU KPK yang sekarang bukanlah upaya pertama untuk melemahkan agenda pemberantasan korupsi, korupsi sering kali dilakukan para kaum elite yang kepentingannya terganggu KPK.
Koruptor tidak akan pernah kehabisan cara untuk terus melakukan aksinya.
Ekosistem politik Indonesia sangat mudah menyerongkan pejabat ke perilaku korup, hal ini mengakibatkan banyaknya koruptor di era pemerintahan.
 
     Hukum diindonesia tentang korupsi masih dianggap sangat lemah, hukum seringkali menjadi sangat pemaaf di hadapan para koruptor padahal tanpa dikorting pun hukuman koruptor sudah sangat ramah dan tidak meimbulkan efek jera. Koruptor sering kali suap-menyuap. Betapa ngerinya bila batasan hal tersebut hilang, lalu setiap penyuap disebut sebagai DERMAWAN?
Kasus korupsi kini sama seperti jaring laba-laba menyelinap diseluruh sudut-sudut rumah.
 
     Para pejabat seringkali merendahkan dirinya dengan cara menghambat harta benda kaum rakyat kecil demi untuk menuruti nafsu rakusnya.
Mereka memakai uangnya untuk berbelanja barang-barang mewah persis ketika kebanyakan dari kita sedang mati-matian bertahan memenuhi keutuhan-kebutuhan pokok.
Inilah kenyataannya sudah sebegitu bangkrutnya moral mereka.
Mungkin dari kita sering bertanya-tanya “mengapa sih para pejabat yang sudah kaya tetap melakukan korupsi?”
yang pertama yaitu karena dia merasa mempunyai kekuatan dan merasa tidak akan pernah ketahuan, selain itu juga adanya sifat serakah dan tidak akan pernah cukup.
Bahkan wakil ketua KPK mengatakan “Korupsi di Indonesia itu Lumrah! Dan Koruptor Yang Tertangkap Itu Lagi Apes”
 
     Asumsi bahwa setiap orang memiliki insentif untuk melakukan korupsi maka semakin kaya calon pejabat maka makin bahaya juga resiko korupsi yang mereka bisa timbulkan.  Saya pernah berpikir bahwa kekayaan calon pejabat itu penting untuk diperhatikan karena makin kaya dia maka semakin sedikit juga insentif dia untuk melakukan korupsi karena udah punya banyak uang nih ngapain korupsi lagi begitu kira-kira yang saya pikirkan waktu itu,  sayangnya manusia itu adalah makhluk yang cenderung serakah termasuk saya termasuk juga mungkin kamu kamu yang nilai ujiannya sudah tinggi tapi mau lebih tinggi lagi sudah menang lomba nasional tapi sekarang mau menang lomba internasional sudah bisa beli a tapi sekarang mau beli b dan segala macam hal yang seharusnya membuat kamu sudah bisa bersyukur tapi ternyata dirasa belum cukup dengan logika yang sama kita sepertinya bisa sedikit mengerti.

      Kenapa pejabat-pejabat yang mungkin sudah kaya raya nih masih tetap mau korupsi ? di samping faktor eksternal seperti misalnya lemahnya penegakan hukum yang membuat orang-orang seperti ini itu sulit untuk ditangkap dan diberikan sanksi yang setimpal makanya mereka merasa leluasa untuk melakukan pelanggaran ini ternyata sudah dari awal secara internal mereka juga sudah punya naluri untuk merasa tidak puas dengan apa yang sudah mereka miliki sebenarnya sama saja dengan kita coba bedanya yang mereka merugikan satu negara intinya adalah kaya ataupun tidak insentif seseorang untuk melakukan korupsi itu sama saja tapi kenapa sih semakin kaya korupsinya semakin berbahaya?  saat itu mempunyai penghasilan UMR atau mungkin lebih sedikit mungkin kamu hanya ingin kendaraan yang sederhana atau paling banter ya bisa beli mobil ataupun rumah yang setidaknya layak tidak dapat dipungkiri mungkin bisa ratusan juta harganya tapi saat kamu punya penghasilan yang lebih banyak keinginanmu bisa lebih gila lagi punya kendaraan mewah yang harganya miliaran rumah mewah perhiasan atau pun jam tangan yang harganya selangit belum lagi kalau kita membahas faktor seperti misalnya lingkungan sosialmu yang berbeda dengan orang biasa yang maksa kamu untuk melakukan pengeluaran yang jauh lebih banyak daripada pendapatanmu yang sudah banyak itu, sehingga dengan asumsi bahwa semua orang punya insentif untuk korupsi yang sama orang yang sudah kaya raya akan punya resiko korupsi yang lebih banyak karena keinginan mereka jauh-jauh lebih mahal daripada orang biasa maka kerugian negara juga akan lebih banyak yang akan  di ambil, yang artinya aku orang miskin lebih banyak juga yang akan dirampas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun